MUNGKID, Koran Magelang – Pengaktualan nilai yang terkandung pada relief Candi Borobudur dapat dilakukan dengan berbagai cara. Termasuk merepresentasikannya melalui seni kriya, seperti batik tulis. Hal itu juga dapat menambah nilai edukasi kepada masyarakat terkait Candi Borobudur.
Kegiatan workshop aktualisasi nilai relief Candi Borobudur melalui seni kriya ini sudah dimulai pada 6-11 Juni dibagi menjadi dua sesi. Yakni pembekalan materi untuk kerajinan batik serta pembekalan materi kerajinan pahan, cetak, dan anyam. Sedangkan peserta yang hadir berjumlah 30 orang dari perwakilan desa-desa di Kecamatan Borobudur.
Seorang desainer asal Jogja, Nita Azhar mengapresiasi terhadap para peserta yang dapat menangkap materi workshop. Terutama mengenai narasi relief candi yang kemudian dituangkan pada motif batik.
Secara fesyen, dia menilai, batik yang menggambarkan relief candi tersebut masih perlu beberapa penyempurnaan. Namun, hal itu wajar untuk masyarakat yang masih belajar. “Itu harus dikembangkan terus dan kita bisa mencari batik yang benar-benar asli Borobudur,” paparnya saat ditemui di kantor Balai Konservasi Borobudur (BKB), kemarin (14/6).
Di samping dapat menjadi cendera mata, batik tersebut juga dapat dijadikan ikon oleh masyarakat Borobudur. Supaya lebih mendunia melalui batik yang dihasilkan. Masyarakat pun akan lebih termotivasi dan terus berkreasi untuk menciptakan hal baru.
Nita juga mengusulkan, nantinya ketika wisatawan diperbolehkan naik ke struktur Candi Borobudur, selain mendapat upanat, juga bisa menggunakan kain batik tersebut. “Satu motif yang simple saja, bisa menjadi ikon Borobudur, saya rasa sudah luar biasa,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, 30 orang itu dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok diberikan kain panjang untuk berkreasi. Serta bahan lain seperti pandan untuk membuat pernak-pernik. Mereka diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan satu set batik Borobudur.
Kepala BKB Wiwit Kasiyati menuturkan, kegiatan aktualisasi ini menjadi satu agenda untuk memperingati Hari Purbakala ke-109 yang jatuh kemarin. BKB lantas menyelenggarakan rangkaian kegiatan dengan mengusung tema ‘Membangun kebermanfaatan Candi Borobudur dan kawasannya untuk masyarakat’.
Menurutnya, cagar budaya ini bisa tetap eksis seperti sekarang melalui purbakala. Ketika dirunut dari cerita yang ada, memang sangat penting. Diawali pada 1913, berkembang dan terjadi reorganisasi nomenklatur. Namun, substansi ruh dalam memperingati cagar budaya tetap diselenggarakan hingga kini.
Wiwit menyebut, kegiatan tersebut guna mengidentifikasi relief Candi Borobudur yang dapat diambil inspirasinya, kemudian dituangkan melalui seni kriya. Selain itu, juga menggali kembali nilai-nilai yang terkandung pada candi untuk edukasi atau pendidikan karakter melalui seni kriya.
Tidak hanya itu, juga melestarikan warisan budaya Candi Borobudur. Sehingga peninggalan warisan budaya yang mengandung nilai tangible atau benda dan intangible atau tak beda dapat diaktualisasikan. “Semoga bisa berkelanjutan sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Borobudur,” ujarnya. (aya/bah/ong)