Neutron Yogyakarta

Lestarikan Jathilan, Jadi Pilot Project Travel Pattern

Lestarikan Jathilan, Jadi Pilot Project Travel Pattern
KESENIAN: Masyarakat di Dusun Sendaren 2 hingga kini masih mempertahankan kesenian di daerahnya.(ISTIMEWA)

MUNGKID, Koran Magelang – Masyarakat Dusun Sendaren 2, Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur ini tidak pernah lelah untuk mengembangkan dan melestarikan warisan kesenian Jathilan bertajuk ‘Kudo Sendoko’ yang mereka miliki. Untuk itu, mereka menggelar pagelaran ‘Sendoko Tour’ pada Minggu (19/6) yang merupakan perpaduan antara wisata walking tour dipadukan dengan edukasi kesenian Jathilan.

Ketua panitia Khoirul Anam menjelaskan, Sendoko Tour ini, merupakan upaya untuk nguri-uri kesenian Jathilan ‘Kudo Sendoko’ yang merupakan kesenian Jathilan tertua di Magelang, bahkan Jawa Tengah. Pasalnya, kesenian tersebut sudah ada sejak 1930. Sehingga hal itu penting untuk mengenalkan warisan budaya ini kepada masyarakat.

Tidak hanya itu, dengan adanya pendampingan kebudayaan di Desa Karangrejo, akan semakin mengenalkan budaya-budaya, khususnya kepada generasi muda. “Kegiatan ini juga sebagai satu upaya masyarakat untuk menggaet wisatawan yang berkunjung ke Borobudur agar terjun ke desa-desa,” paparnya.
Konsep Sendoko Tour ini adalah ‘ngangsu kaweruh’ dengan berjalan kaki menuju pos-pos edukasi Jathilan yang telah disiapkan. Yakni pos sejarah kesenian Jathilan Kudo Sendoko, pos gerak, pos bedah filosofi Jathilan, pos tembang nandur gadung, dan pos genduren.

Anam mengatakan, masyarakat dan pengunjung berbaur menjadi satu. Menikmati hidangan masakan ingkung ayam yang biasa ada dalam ritual kesenian Jathilan Kulo Sendoko. Di sisi lain, kegiatan ini merupakan pilot project Travel Pattern yang difasilitasi oleh Eksotika Desa dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenristekdikti).

Selain itu, rencananya kegiatan ini bakal dilaksanakan secara berkelanjutan setiap bulannya. Lantaran memang basisnya penguatan di masyarakat. Sehingga diperlukan banyak uji coba. “Bulan-bulan ke depan akan ada lagi, bisa dengan tema yang sama, atau mengangkat kesenian yang lainnya,” ujar dia.
Anam menyebut, kegiatan ini justru mampu memikat antusiasme masyarakat lokal, bahkan pengunjung dari luar daerah. Selama 2,5 jam mengikuti tur, kata dia, pengunjung merasa terhibur sebab mendapatkan pengalaman yang baru.

Salah satu pengunjung dari Jawa Timur Dinin Rahayu mengaku, banyak mendapatkan pengalaman baru mengetahui Jathilan. Biasanya, dia hanya sekadar menonton saja. Namun, usai mengikuti ‘Sendoko Tour’, dia menyebut, banyak sekali makna yang terkandung pada Jathilan. “Ternyata Jathilan ada maknanya dan jaranan juga ada makna sendiri. Suasana alam di sini juga asik sekali, alamnya masih natural juga,” sebutnya. (aya/bah)

Lainnya

Exit mobile version