Neutron Yogyakarta

Petani Harus Manfaatkan Informasi Iklim

Petani Harus Manfaatkan Informasi Iklim
PANEN: Kepala BMKG bersama Komisi V DPR RI, Kepala Distanpangan Kabupaten Magelang, dan para petani saat memanen loncang atau daun bawang di Dusun Marongan, Sukomakmur, Kajoran (11/7).(NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA)

MUNGKID, Koran Magelang – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terus berupaya meningkatkan literasi dan diseminasi informasi iklim untuk pertanian. Bahkan sejak 2011, BMKG telah melaksanakan sekolah lapang iklim (SLI) kepada para petani. Tujuannya, untuk menyosialisasikan pentingnya informasi iklim dalam mendukung kegiatan pertanian.

Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani dalam memanfaatkan informasi iklim. Dengan cara membina petani, agar lebih mampu untuk memahami cuaca dan iklim. Sehingga para petani dapat beradaptasi dan tetap produktif. “Seperti di Lereng Sumbing ini,” jelas Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG usai penutupan SLI komoditas daun bawang di Dusun Marongan, Sukomakmur, Kajoran Senin (11/7).

Ternyata, kata Korita, panen bawang merah meningkat sampai 40 persen. Bahkan daun bawang cenderung baik dan tidak banyak bercak-bercak pada daunnya. Meskipun menghadapi cuaca ekstrem. “Di sini curah hujan juga tinggi,” sambungnya.

Selain pemahaman soal cuaca dan iklim, para petani diharapkan mampu mengantisipasi dampak fenomena iklim ekstrem terhadap komoditas sayuran yang ditanamnya. Hal ini penting, karena para petani dianggap sebagai garda terdepan untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Disebutkan, hasil dari pengubinan komoditas daun bawang sekitar 61,76 ton per hektare dengan usia tanaman 90-100 hari pada Jumat (8/7). Berdasarkan hasil tersebut, cenderung lebih baik dan maksimal dibanding panen normal dalam kondisi terdampak anomali La Nina dengan intensitas lemah.

Berdasarkan analisis BMKG, lanjut Dwikorita, laju peningkatan suhu udara di seluruh dunia meningkat selama 30 tahun terakhir. Peningkatan suhu tersebut mencapai maksimum setengah derajat celcius per 10 tahun. Sehingga suhu udara selama 30 tahun terakhir, mencapai 1,5 derajat celcius.

Laju peningkatan suhu itu dinilai dapat membahayakan dan menyulitkan para petani. Yang berakibat salah mangsa. Seperti saat masuk musim kemarau, namun justru masih hujan. Begitupun sebaliknya. Sehingga para petani akan kesulitan menerapkan pranata mangsa.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kabupaten Magelang Romza Ernawam mengatakan, SLI telah dilaksanakan sejak 30 Maret. Selain untuk meningkatkan hasil pertanian dan komoditas hortikultura, SLI bertujuan untuk menambah pengetahuan petani. Dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim ekstrem.

Dia menilai, kegiatan SLI berdampak pada hasil produksi komoditas sayuran meningkat dengan signifikan. “Ini sebagai salah satu upaya kita untuk mempertahankan ketersediaan dan ketahanan pangan serta menuju kedaulatan pangan nasional,” sebutnya.

Meski terjadi perubahan iklim ekstrem, Romza mengaku, tetap dibutuhkan strategi dalam sektor pertanian. Terlebih, potensi pertanian di Kabupaten Magelang cukup tinggi. Mengingat luas wilayahnya sebesar 180 ribu hektare. Dengan sawah yang diolah petani mencapai lebih dari 25 ribu hektare, dan lahan kering sekitar 39 ribu hektare. Sehingga 70 persen luas lahan di Kabupaten Magelang, digunakan sebagai sektor pertanian.

Di tengah kesulitan untuk mempertahankan pangan, mulai bermunculan petani milenial yang bergerak dalam berbagai komoditas. Seperti padi, hortikultura, unggas, hingga ternak. Dalam dua tahun terakhir, perkembangan jumlah petani milenial di Kabupaten Magelang pun meningkat cukup signifikan. Dari 759 orang pada 2021, menjadi lebih dari 2.000 petani milenial yang tersebar di seluruh kecamatan.

Perkembangan tersebut dipicu oleh tumbuhnya kelompok usaha bersama petani milenial. Bergerak dalam berbagai komoditas, dan saat ini mencapai 60 kelompok usaha bersama.

Dia mengaku, modernaisasi pertanian mulai dioptimalkan oleh Pemkab Magelang. Dalam rangka mengatasi kelangkaan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi, dan efektivitas di sektor pertanian. Selain itu, dilakukan pembangunan infrastuktur pertanian, serta melaksanakan bimbingan kepada para petani secara intensif. “Upaya ini kami harapkan dapat menjamin ketahanan pangan, sehingga seluruh komoditas pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dapat terjamin,” tegasnya. (aya/eno/sat)

Lainnya

Exit mobile version