PURWOREJO – Rencana pengajian akbar di Masjid Al Izhaar Kutoarjo Kabupaten Purworejo pada Sabtu malam (16/7), dengan menghadirkan Ustaz Abdul Somad (UAS) batal. Penyebabnya karena banyak penolakan dari masyarakat.
Panitia pengajian akbar UAS membatalkan acara tersebut pada Rabu malam (13/7). Itu setelah panitia acara diundang pada rapat koordinasi bersama dengan Kapolres Purworejo, Dandim Purworejo, Ketua Forum Inspirasi Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Ketua PCNU Kabupaten Purworejo, Ketua PD Muhammadiyah Purworejo, Ketua Fatwa MUI Purworejo, Forkompincam, dan lainnya.
Hasil pertemuan, pihak panitia mengaku akan segera membubarkan kepanitiaan yang telah terbentuk.Camat Kutoarjo Galuh Bakti Pertiwi meminta agar panitia dapat legowo demi kebaikan bersama agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Kami sangat mengapresiasi atas keputusan yang telah diambil. Pada prinsipnya, kami Forkopimcam Kutoarjo mendukung terciptanya kondusivitas wilayah,” ungkapnya Kamis (14/7).
Untuk memastikan acara batal digelar, pihak kecamatan juga akan mengawasi langsung ke lapangan. Seperti diketahui, rencana pengajian tersebut mendapatkan reaksi yang tidak baik dari masyarakat. Alasannya, UAS dianggap sebagai penceramah yang radikal dan provokatif yang dikhawatirkan dapat mengganggu kondusivitas yang ada di Kabupaten Purworejo.
Bahkan, sebelumnya banyak spanduk penolakan UAS yang terpasang di sejumlah titik seperti di depan Polsek Kutoarjo, Stasiun Kutoarjo, dan di beberapa titik di wilayah Purworejo sejak Kamis (7/7) lalu. Tapi tak berselang lama, ada gerakan mencopoti spanduk penolakan tersebut. Kondisi itu pula yang membuat jajaran forkompinda Purworejo melobi panitia untuk membatalkan acara yang mengundang UAS tersebut. Harapannya, dengan setelah batalnya agenda pengajian UAS di Purworejo tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.
Terkait hal itu, pemerhati Kutoarjo Ndandung Kumolo Adi mengaku lega dengan hasil koordinasi pada Rabu malam (13/7) tersebut. Menurut dia, ketentraman masyarakat di Purworejo harus dikedepankan. Di antaranya dengan emngurangi acara yang berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat. “Kabupaten Purworejo harus terus menjadi wilayah yang adhem ayem tenteram, penuh toleransi dan ber-Pancasila,” tegasnya. (han/pra)