Neutron Yogyakarta

GASSAK Melawan Radikalisme dengan Budaya dan Kearifan Lokal

GASSAK Melawan Radikalisme dengan Budaya dan Kearifan Lokal

GUNUNGKIDUL – Bibit-bibit paham radikal intoleran dan terorisme sudah mulai muncul di Gunungkidul.Sebagai upaya menangkal paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila tersebut, Gerakan Sigap Sosial Kemanusiaan (GASSAK) menggelar diskusi kebhinnekaan sekaligus deklarasi pernyataan sikap Menolak Segala Bentuk Radikalisme Intoleran dan Terorisme, Minggu (14/7).

Diskusi diikuti 50  tokoh dari sembilan organisasi Masyarakat (Ormas) di Gunungkidul dan dihadiri sejumlah pejabat dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul, Polres Gunungkidul, Kodim 0730/Gunungkidul, dan Majelis Ulama Iindonesia (MUI) Gunungkidul.Ketua ketua GASSAK, Zan Yuri Faton mengatakan tujuan diskusi sesuai tema yang diangkat, yaitu “Merawat dan Melestarikan Budaya serta Kearifan Lokal dalam Rangka Menangkal  Radikalisme  untuk Menjaga Kondusifitas Kabupaten Gunungkidul.”

Menurutnya, gerakan radikalisme intoleran bahkan terorisme rentan muncul di tengah masyarakat, tak terkecuali di Gunungkidul. Sudah beberapa kali ada warga yang terindikasi terlibat dalam gerakan radikal intoleran.“Misalnya ada yang menentang budaya dan tradisi atau kearifan lokal dengan menyebutnya sebagaii sirik. Selalu memaksakan agama, kepercayaan atau keyakinannya yang dianggap paling benar dan mudah menuding orang lain sebagai kafir atau sesat,” ungkap Faton.

Sementara itu, Totok Ispurwanto selaku pemantik diskusi dalam pemaparannya mengatakan, istilah radikal atau radikalisme sebenarnya tidak harus dianggap stigma negatif.Menurut Totok, radikalisme intoleran adalah budaya asing yang menyasar budaya dan kearifan lokal untuk dihancurkan. Jika sudah bisa menghilangkan budaya, kata dia, lama-lama akan merubah ideologi hingga mengganti sistem pemerintahan.“Jadi memang radikalisme intoleran itu harus dilawan dengan budaya. Budaya dilawan dengan budaya,” imbuhnya.

Kepala Kesbangpol Kabupaten Gunungkidul, Johan Eko Sudarto mengatakan Pemkab Gunungkidul mengapresiasi GASSAK yang berkontribusi dalam menangkal radikalisme dengan nilai budaya dan kearifan lokal Gunungkidul, serta aktif dalam gerakan kemanusiaan.Dalam kesempatan yang sama Kasat Binmas Polres Gunungkidul, AKP Mujiman berharap GASSAK bisa membantu tugas-tugas kepolisian tak hanya untuk membendung radikalisme intoleran dan terorisme, tapi juga dalam bidang keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) lainnya. (*/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version