BANTUL – Gelombang tinggi kembali menerjang pesisir pantai Selatan, Sabtu (16/7). Kali ini dampaknya lebih parah lantaran menghancurkan beberapa warung semipermanen di lokasi itu. Di sisi lain, lurah di wilayah tersebut berharap pedagang tidak meminta bantuan ganti rugi karena memang kawasan berisiko tinggi.
Koordinator SAR Satlinmas Wilayah III Bantul Muhammad Arief Nugraha mengatakan, gelombang tinggi terjadi selama sepekan terakhir. Namun pada Sabtu merupakan gelombang yang paling tinggi dan berdampak cukup besar. Setidaknya ada delapan warung di Pantai Depok yang roboh diterjang gelombang pasang.
Arief menyebut, warung-warung semipermanen yang hancur diterjang gelombang diakuinya memang terletak terlalu menjorok di pinggir pantai. Sehingga sangat berisiko digulung ombak apabila terjadi gelombang tinggi di pesisir pantai selatan. Beruntung pantai saat itu sedang kondisi sepi, sehingga nihil korban jiwa.
Untuk mengantisipasi dampak kerugian lebih besar, ia mengaku sudah berkoordinasi dengan para pedagang serta relawan untuk mengevakuasi barang-barang yang bisa diselamatkan. Seperti perlengkapan warung dan kapal-kapal nelayan yang diparkir di pinggir pantai.
“Jadi yang diterjang ombak itu warung-warung emperan, bukan restoran seafood. Mereka sendiri yang membuat warungnya terlalu mepet pantai,” ujar Arief saat dikonfirmasi (16/5).
Sementara itu, Lurah Parangtritis Topo mengatakan, warung-warung semipermanen di wilayah pesisir Pantai Depok memang cukup berisiko digulung ombak tinggi. Karena itu ia meminta agar para pedagang tidak mengeluh atau meminta bantuan terkait bencana itu.
Ia juga mengaku sudah berulang kali menyarankan para pedagang agar tidak membuat lapak atau warung yang terlalu menjorok ke pantai. Sehingga dengan kejadian itu, harapannya para pedagang bisa mengambil pelajaran dan pindah ke lokasi yang lebih aman.
“Saya sudah menyarankan kalau jualan jangan terlalu dekat bibir pantai. Seumpama dituruti, alhamdulilah. Kalau tidak, ya risikonya tanggung sendiri,” kata Topo.
Salah seorang pedagang Pantai Depok Hayati mengaku pasrah dengan kejadian itu. Diakui, situasi gelombang tinggi seperti saat ini memang sangat berdampak pada kunjungan wisatawan dan mengancam keberlangsungan aktivitas ekonomi warung seafood di kawasan pantai selatan. “Ya, kalau kondisi seperti ini, kami hanya bisa pasrah,” tutur Hayati.
Terpisah, di Pantai Glagah yang masuk Kapanewon Temon, Kulonprogo, ketinggian gelombang pada Sabtu (16/7) mencapai lima meter. Gelombang pasang juga sempat menyentuh tetra pemecah gelombang pantai.
“Hari ini relatif sudah landai. Masih tinggi sih tetapi tidak setinggi kemarin (16/7). Kami tetap mengimbau kepada semua pengunjung pantai di wilayah Kulonprogo untuk berhati-hati. Jangan mandi atau bermain terlalu dekat pantai,” ucap Koordinator SRI Wilayah V Kulonprogo Aris Widiatmoko Minggu(17/7).
Adanya peringatan dari BMKG bahwa gelombang tinggi masih akan terjadi hingga Selasa besok, Aris mengatakan, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan semua, personel sudah dibagi menjadi beberapa tim. Ini untuk melakukan pemantauan di lapangan.
“Kami tetap fokus untuk mengingatkan kepada para pengunjung untuk tidak mandi di pantai. Kami juga meminta pengunjung tetap tenang dan bisa menikmati panorama pantai selatan dari jarak yang aman,” jelasnya.
Salah seorang pengunjung, Handoko, warga Purworejo mengungkapkan, daya tarik pantai selatan memang gelombang yang tinggi. Ia mengaku tidak begitu takut kendati tidak akan mencoba untuk mandi atau bermain terlalu dekat. “Hantaman gelombang di tetra itu yang menarik, tapi kalau gede banget ya takut,” ungkapnya.
Sementara sejumlah nelayan di Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kapanewon Temon, mencoba untuk memarkirkan perahunya lebih jauh dari tubir pantai. Hal itu dilakukan untuk mengamankan perahu atau kapal jukung yang biasa untuk turun melaut dari kerusakan. (inu/tom/laz)