MUNGKID – Setelah dua tahun digelar secara daring, Dinas Pendidikan dan Kabudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang kembali melaksanakan berbagai lomba untuk mencari bibit unggul bersaing di tingkat provinsi, bahkan nasional. Pelajar yang jadi pemenang berkesempatan memilih sekolah di jenjang berikutnya.
Kegiatan ini sebagai tindak lanjut dari program Departemen Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) terutama soal prestasi nasional.Nantinya, perwakilan dari kabupaten akan bersaing di tingkat provinsi, lalu maju ke tingkat nasional. Kegiatan ini diikuti oleh SMP se-Kabupaten Magelang, baik negeri maupun swasta.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kabupaten Magelang Muh Rohayat menuturkan, kegiatan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi siswa, dari segi minat maupun bakatnya. Para siswa yang berpotensi di bidang tertentu dapat menampilkan kemampuannya. “Tentunya yang mewakili di tingkat kabupaten adalah anak-anak terbaik di tingkat sekolah masing-masing,” ujarnya di sela-sela kegiatan, Rabu (20/7).
Selain itu, juga memberikan kesempatan kepada siswa yang berprestasi. Jika nantinya siswa tersebut meraih juara di tingkat kabupaten hingga nasional, akan memudahkannya saat mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Termasuk ke sekolah yang diinginkan.
Kegiatan tersebut meliputi Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang rampung dilaksanakan. Beruntung, ada perwakilan dari Kabupaten Magelang yang lolos maju di tingkat nasional. Ada pula Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang terdiri dari dua cabang, yakni karate dan pencak silat.
Sementara untuk Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N), ada beberapa cabang. Diantaranya lomba musik tradisional yang bertempat di Lapangan drh. Seopardi, festival kreatifitas tari di Tourism Information Centre (TIC) Borobudur, menyanyi tunggal, dan desain poster digital di kantor Disdikbud.
Nantinya, juara satu dan dua pada cabang tersebut bakal mewakili Kabupaten Magelang untuk bersaing di tingkat provinsi, kemudian berlanjut ke tingkat nasional. Adapun dewan juri berasal dari Disdikbud maupun tokoh profesional di bidangnya. “Hal ini guna menjamin keobjektifan dari lomba tersebut,” jelasnya.
Namun, ada dua cabang yang hanya diperuntukkan tingkat kabupaten. Yakni lomba desain motif batik di halaman kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Magelang dan seni kriya di GOR Gemilang.
Rohayat mengaku, tidak memasang target yang tinggi. Lantaran kondisi sekarang masih dalam tahap bangkit dari pandemi. Dia juga menyadari, dari tahap pembinaan tiap sekolah juga belum maksimal dibanding sebelum pandemi. “Setidaknya bisa bersaing di tingkat provinsi karena kami belum berani yang muluk-muluk,” kata dia.
Dia menyebut, dari 132 SMP se-Kabupaten Magelang, yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berkisar 80 persen. Mengingat masih dalam kondisi pandemi sehingga belum bisa diikuti secara maksimal. Sebelumnya, setiap sekolah memang mengirim perwakilan siswanya. “Tapi, tahun ini belum berani mengondisikan semua sekolah untuk mengirimkan perwakilannya,” paparnya.
Kendati tidak semua cabang terwakili, setidaknya ada beberapa cabang di tiap sekolah yang bisa mengirimkan perwakilan siswanya. Kesempatan seperti ini, kata dia, cukup bagus agar siswa mempunyai wacana soal seni. Selain itu, juga menambah pengalaman dalam berlomba di bidang seni.
Tahun ini, dia menyebut, semua kegiatan dilaksanakan secara mandiri oleh MKKS melalui kontribusi dari setiap sekolah yang mengikuti lomba. Lantaran tidak adanya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari Disdikbud.
Sementara itu, pendamping lomba musik tradisional SMP Negeri 1 Muntilan Nilufa mengatakan, kegiatan ini merupakan sebuah wadah untuk menampung bakat dan minat para siswa. “Tanpa ada kegiatan ini, kami tidak akan pernah tahu bakat mereka sebenarnya ada,” bebernya.
Menurutnya, cabang FLS2N, terutama musik tradisional menjadi satu upaya dalam hal pesona wisata. Sebagai ajang promosi berbagai wisata di Kabupaten Magelang. Termasuk di kawasan Borobudur. Sebenarnya, kata dia, banyak budaya-budaya yang belum diangkat sehingga masyarakat luar Magelang banyak yang belum tahu. Dia berharap, kegiatan semacam ini akan terus ada dan menjadi jembatan para siswa untuk lebih mencintai budayanya. Terutama budaya di daerahnya sendiri. (aya/pra)