Neutron Yogyakarta

Tawarkan Edukasi Lewat Kampung Gula di Borobudur

Ajak ke Rumah untuk Tahu Pembuatan
Tawarkan Edukasi Lewat Kampung Gula di Borobudur

MUNGKID – Kampung Gula yang terletak di Dusun Jligudan, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang ini menawarkan wisata edukasi. Jaraknya sekitar satu kilometer dari Candi Borobudur. Ditambah dengan pesona alam khas pedesaan, membuat pengunjung bakal betah di sana.

Wisata ini memang tergolong baru dirintis. Tepatnya baru dibuka setelah Lebaran 2022 lalu. Paket edukasi ini memadukan proses produksi gula jawa atau gula merah dengan perjalanan wisata desa dan budaya. Tak sedikit juga yang tertarik mengetahui proses pembuatannya.

Ketua Kampung Gula Agus Saryanto mengatakan, di lokasi tersebut ditawarkan proses produksi gula. Ketika wisatawan datang sedari pagi, mereka bakal diajak mengambil nira kelapa atau deres dan mencincipinya secara langsung. Atau yang biasa disebut Badek. Lantas dibawa ke rumah warga untuk diproses menjadi gula merah.

Dalam proses pembuatannya, dia melanjutkan, warga masih menggunakan cara tradisional. Terlebih, usaha untuk membuat gula ini memang sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan hingga sekarang masih eksis. “Wisatawan bisa belajar sambil mencincipinya secara langsung,” paparnya saat ditemui, Kamis (21/7).

Selain itu, di wisata Kampung Gula, ada paket lain yang ditawarkan. Seperti wisata di Pulau Klatakan, yakni bebatuan yang berserakan di pinggir Sungai Progo. Tepatnya berada di belakang Dusun Jligudan. Saat air dalam kondisi surut, ada gundukan batu atau yang sering disebut Pulau Brangkal.

Di tempat itu, para pengunjung dapat menikmati kuliner jadul sembari mendengarkan seni macapat dan wayang debog atau batang pisang di tengah sungai. Agus menambahkan, selama tempat itu dibuka untuk umum, sudah ada banyak rombongan yang mampir.

Para pengunjung datang dari Jakarta, Jogjakarta, Semarang, bahkan luar negeri. “Biasanya, mereka akan menikmati proses pembuatan gula di tepian Sungai Progo,” ujar pria 33 tahun itu.

Dia menyebut, pengunjung juga bisa menikmati makan siang ala pedesaan. Bahkan, juga disediakan paket menginap di homestay rumah warga yang sudah ada. “Jadi, modelnya pesan dulu, mau rombongoan atau individu kami terima. Masalah harga bisa dibicarakan,” ujarnya.

Lantaran baru dirintis, Agus mengaku, masih banyak hal yang harus disempurnakan. Juga harus berbenah dan dikembangkan agar pengunjung lebih nyaman ketika berkunjung. Dia juga menginginkan untuk menambah panggung seni budaya, fasilitas umum, dan lainnya. “Ini pelan-pelan sambil jalan karena swadaya dari para pemuda disini,” tuturnya. (aya/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)