MUNGKID, – Beberapa siswa perwakilan dari kelompok bermain (KB) hingga sekolah menengah pertama (SMP) mengikuti kegiatan tresno wayang dolanan. Kegiatan ini sekaligus untuk memperingati Hari Anak Nasional yang jatuh pada Sabtu ini (23/7).
Mereka mengikuti kirab budaya dan tampak mengenakan pakaian adat, cosplay tokoh wayang, serta atribut wayang lainnya. Berjalan dari titik kumpul di Tempat Evakuasi Akhir (TEA) menuju Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Candirejo. Masing-masing dari mereka juga membawa wayang pohong, kertas, suket, dan lainnya. Kegiatan itu juga membuka workshop pembuatan wayang. Seperti wayang apus, suket, pohong, dan kertas. Anak-anak bisa belajar membuat wayang secara langsung dengan dipandu oleh perajinnya.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Sjamsul Hadi menuturkan, kegiatan ini menjadi upaya untuk melestarikan nilai-nilai kearifan lokal yang sebenarnya sudah ada di masyarakat.Di sisi lain, wayang telah resmi dinobatkan sebagai warisan budaya nasional. Untuk itu, program pemajuan kebudayaan di kawasan Borobudur, yang melibatkan 20 desa ini perlu digenjot. “Selain itu, tujuannya untuk membangun generasi muda agar lebih mencintai wayang,” paparnya di sela-sela acara, Jumat (22/7).
Wayang-wayang itu juga bersumber dari ide dan gagasan masing-masing desa. Agar lebih memudahkan rasa cinta terhadap wayang tersebut. Cara pembuatannya pun sederhana dengan membangun rasa gembira. Sehingga makna dan nilai penguatan karakter mengenai kearifan yang ada di wayang tersebut, bisa lebih melekat kepada anak-anak.
Dia berharap, ke depan, keberadaan wayang klasik ini menjadikan anak-anak bisa mengolah cerita sesuai inspirasinya. Ketika mereka tumbuh dewasa, pasti bakal mengenalkan wayang dan turut melestarikannya. “Melalui sebuah gerakan yang sederhana ini, mereka diharap bisa membuat wayang dan bahannya bisa dicari di lingkungan anak-anak bermain,” bebernya.
Sementara itu, Fasilitator Eksotika Desa Panji Kusuma mengatakan, festival tresno wayang dolanan ini menjadi media belajar bagi anak-anak. Selain itu, juga menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap nilai-nilai karakter yang baik melalui wayang.
Menurutnya, dunia anak-anak bukan dunia yang harus pakem atau memiliki pedoman khusus. Justru dengan adanya wayang dolanan, mereka dapat berkreasi secara bebas. Dalam bentuk apapun. Yang penting, kata dia, mereka mulai dikenalkan akan pentingnya karakter dan sifat-sifat yang baik. Seperti menolong temannya dan bekerja sama. Termasuk mengasah kreativitas mereka menggunakan barang bekas dan barang-barang alami. “Kegiatan ini juga menjadi sarana pengenalan wayang karena sebagian dari mereka masih di usia emas,” ujarnya.
Dia menyebut, ada empat desa di Kecamatan Borobudur yang mempunyai potensi wayang dolanan. Seperti wayang kertas di Desa Candirejo, wayang suket di Desa Karanganyar, wayang apus atau wayang siladan di Desa Kebonsari, dan wayang pohong di Desa Ngargogondo.Dia berharap, ketika mereka asik bermain wayang dan dikenalkan sejak usia dini, anak-anak bisa berlatih untuk membuat cerita, tokoh, wayang, sampai pada taraf memainkannya. (aya/pra)