Neutron Yogyakarta

Bawa 200 Kodi, Berharap Dagangan Bendera Ludes

Bawa 200 Kodi, Berharap Dagangan Bendera Ludes

MAGELANG – Menjelang 17 Agustus, pedagang bendera merah putih, umbul-umbul, dan pernak-perniknya mulai berdatangan dan terlihat berjajar memenuhi beberapa ruas jalan. Penjualan tahun ini, memang mengalami peningkatan dibanding dua tahun belakangan.

Para pedagang musiman yang datang menggelar lapak dagangannya berupa pernak-pernik 17-an di area Rindam IV Diponegoro, sepanjang Jalan Jendral Ahmad Yani, Jalan Jendral Gatot Soebroto, dan ruas jalan lain. Para pedagang yang mayoritas berasal dari Garut ini, setiap tahunnya memang menggelar lapak di Kota Magelang.

Seorang pedagang Syahrul Romansah, 22, menuturkan, sudah lebih dari 10 tahun lamanya berjualan pernak-pernik 17-an di Kota Magelang. Dia datang bersama rombongan sekitar 20 orang dan mulai berjualan hampir dua minggu yang lalu. “Kami berjualan di Magelang mulai 2007,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Selasa (26/7).

Selama hampir dua minggu, dia bersama sang kakak, Aris, telah berhasil menjual delapan kodi atau 160 buah bendera. Dibanding dua tahun sebelumnya, kali ini ada tren peningkatan penjualan. Hal itu tentu menjadi angin segar baginya usai dua tahun sepi lantaran pandemi.

Pada kesempatan ini, merea membawa 200 kodi dengan berbagai macam pilihan. Mulai dari bendera merah putih kecil, besar, umbul-umbul, dan lainnya. “Alhamdulillah, dibanding tahun kemarin, ada peningkatan 30 persen,” jelas Syahrul.

Dia memprediksi, penjualan akan semakin meningkat saat memasuki bulan Agustus hingga pertengahan Agustus. Untuk harga jual bendera Merah Putih berkisar dari Rp 15 ribu sampai Rp 350 ribu. “Tergantung ukuran dan jenisnya,” ujarnya.

Dia berharap, bendera yang mereka bawa dari Garut itu bisa habis secepatnya. Meskipun setiap tahunnya pasti masih ada sisa yang belum terjual. “Karena di sini nge-kost, kemungkinan tanggal 14 Agustus sudah pulang,” katanya.

Sementara pedagang bendera lainnya Sony Kurniawan, 25, yang menggelar lapak dagangannya di area Rindam IV Diponegoro mengatakan, sudah tujuh tahun berjualan bendera di Magelang, tepatnya sejak 2015. Hingga saat ini, penjualan benderanya belum mengalami kenaikan yang signifikan.

Satu penyebabnya lantaran semakin banyaknya para pedagang yang datang dari beberapa kota untuk ikut berjualan pernak-pernik Agustusan. Sehingga membuat pendapatnya tidak menentu. “Tapi, sudah lumayan (membaik, red) dibanding dua tahun sebelumnya. Kalau ramainya, mungkin awal Agustus sampai menjelang hari H,” tuturnya.

Tahun ini, dia membawa 200-250 kodi bendera merah putih dan umbul-umbul. Sony berharap, ada berkah dibalik melandainya kasus Covid-19 di Indonesia, terutama di Magelang. “Semoga ya laris manis dan habis,” harapnya. (aya/bah)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)