Neutron Yogyakarta

NU dan Muhammadiyah Harus Kolaborasi

Kerja Sama Antarorganisasi, Bisa Redam Polarisasi
NU dan Muhammadiyah Harus Kolaborasi

MAGELANG – Direktur Wahid Foundation Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang akrab disapa Yenny Wahid mengingatkan soal pentingnya dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah untuk bekerja sama serta bahu-membahu untuk meredam polarisasi yang ada di masyarakat. Mengingat putaran pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 semakin meruncing dan polarisasi semakin terlihat.

Dia juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak terjebak pada perilaku-perilaku negatif, hate speech, ujaran-ujaran kebencian, maupun hujatan, terutama melalui media sosial (medsos). Menurutnya, medsos merupakan satu tantangan yang saat ini tengah dihadapi.

Terlebih, mekanisme algoritmanya membuat masyarakat menjadi terbelah. Di satu sisi, masyarakat sudah dikondisikan untuk melihat masalah itu hanya secara hitam dan putih saja. “Masyarakat tidak punya cukup stamina untuk sabar membaca artikel, yang dibaca hanya judulnya,” paparnya di sela menghadiri pameran seni rupa di OHD Museum, Kota Magelang, Sabtu (30/7).

Hal itu membuat pemahaman masyarakat menjadi dangkal dan mudah disesatkan. Bahkan, diperparah lagi dengan hadirnya buzzer-buzzer yang tidak bertanggung jawab. Menurutnya, fenomena itu dapat membahayakan jika tidak segera diredam dengan segenap kewarasan dan saling mengingatkan agar tidak terjebak dalam fenomena itu.

Kendati fenomena itu ada, namun masyarakat juga tidak bisa menghindarinya. Karena terkadang, orang-orang yang berkecimpung dalam dunia politik, akan menghalalkan segala cara untuk bisa meraih kekuasaan. Yenny juga mengajak orang-orang yang masih berpikiran waras untuk tidak pasrah. Menurutnya, mereka harus melakukan kontra narasi dan berperan aktif di masyarakat. Agar ketika ada suatu hal yang tidak sesuai, dapat dikritisi. “Jadi, medsos tidak dipenuhi oleh buzzer-buzzer, tetapi harus dipenuhi oleh netizen-netizen yang bertanggung jawab,” urainya.

Dengan banyaknya umat NU dan Muhammadiyah, lanjut dia, praktis bisa melakukan fungsi konsolidasi di masyarakat. Yang mana NU dan Muhammadiyah bisa melakukan konsolidasi di kalangan umatnya untuk membantu meminimalkan kerusakan yang ditimbulkan lewat medsos. Karena jaringan offline atau secara langsung juga penting.

Dia berharap, informasi yang ditularkan lewat offline, bisa meredam apa yang terjadi secara online. Menuturnya, medsos sangat simplistis dan bersifat dangkal, tapi jika offline ada sebuah penjelasan, perspektif, dan nuansa. Hal itu membuat orang akan lebih maklum.Yenny menambahkan, itulah fungsinya organisasi besar yang berjejaring sangat luas untuk bisa melakukan peran-peran di maayarakat. “Juga melakukan mitigasi-mitigasi atas kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh penggunaan medsos yang destruktif sifatnya melalui buzzer dan lain-lain,” imbuhnya. (aya/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)

Exit mobile version