MUNGKID – Pasar budaya dengan mengusung konsep pasar bocah ini diharapkan mampu memberikan edukasi sejak dini kepada anak-anak. Terlebih, kini sudah ada teknologi canggih berupa gawai yang disinyalir dapat perlahan melunturkan tunas peradaban yang dibawa sejak dahulu.
Adapun pasar bocah ini digelar di Papringan, Dusun Kanggan, Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur pada 12-14 Agustus 2022. Rangkaian kegiatannya dimulai dengan sepeda hias mengelilingi desa, lomba permainan tradisional, pasar kuliner, penampilan beberapa kesenian, workshop kerajinan bahan bekas serta batik dan bambu, dan lomba memasak ikan beong.
Koordinator Lapangan Pemajuan Desa Wringinputih Jio Martono menyebut, konsep pasar bocah ini didasari oleh beberapa unsur. Termasuk adanya satu keinginan agar anak-anak di Desa Wringinputih bisa mengenal kesenian tradisional. Serta mengenalkan cerita legenda Wringinputih.
Menurut kepercayaan yang beredar di masyarakat, penamaan Dusun Ringinputih berasal dari cerita adanya beberapa orang berkulit putih atau albino. Yang berasal dari keturunan hasil perkawinan antara suami istri di sekitar pohon beringin putih dan dilalui bayangan daun jatuh dari pohon tersebut.
Dukuh yang sangat kental dengan kepercayaan dan legenda ini menjadi inspirasi nama sebuah desa yang sebelumnya bernama Sukabumi dan Srianom menjadi Ringinputih. Setelah beberapa periode pemerintahan kemudian berganti menjadi Wringinputih. Dikarenakan untuk membedakan antara nama Desa dan pedukuhan.Selain itu, dia mengatakan, kegiatan ini juga mengangkat edukasi soal pelestarian alam, peduli sampah, dan permainan tradisional. “Karena di Borobudur, kita harus ekstra peduli dengan sampah,” ujarnya saat ditemui di lokasi, Jumat (12/8).
Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ini, yakni siswa SD N 1 Wringinputih, SD N 2 Wringinputih, SD N 3 Wringinputih, dan MI Wringinputih. Menurutnya, kegiatan ini sedikit banyak mampu membentuk karakter anak sejak dini untuk dikenalkan berbagai macam permainan tradisional.
Pasar budaya ini menjadi stimulan bagi masyarakat agar tetap melestarikan dan melanjutkan peradaban yang dibawa oleh nenek moyang terdahulu. Di satu sisi, kegiatan ini praktis akan meningkatkan perekonomian masyarakat di desa. “Harapannya kegiatan semacam ini tidak selesai di sini saja, tapi terus berlanjut. Atau bahkan, setiap bulan ada,” paparnya. (aya/pra)