MUNGKID – Ratusan siswa di SMP Negeri 1 Salaman Magelang mengkunjungi Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, and Recycle (TPS3R) Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur, kemaRabu (24/8). Mereka diajak belajar secara langsung di lapangan terkait pengimplementasian proyek kelola sampah sekolah indah (Lampah Sedah).
Mereka mengunjungi TPS3R ini dengan menaiki kereta mobil atau odong-odong dan didampingi oleh para guru. Kunjungan ini dalam rangka mengaplikasikan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dan Kurikulum Merdeka Belajar. Khususnya program Lampah Sedah.
Kepala Bidang Sarana Prasarana (Sarpras) dan Koordinator P3 SMP Negeri 1 Salaman Chakim Muqtada mengatakan, salah satu poin dari P5 yakni proyek Lampah Sedah. Harapannya, para siswa memiliki pemahaman tentang pengelolaan sampah. “Sehingga punya budaya yang baik bagi kehidupan sehari-hari,” ungkapnya di sela-sela kegiatan.
Dia menyebut, siswa yang dilibatkan sebanyak 223 siswa kelas tujuh ditambah beberapa siswa kelas sembilan yang sedang mempersiapkan diri mengikuti lomba Kihajar Tingkat Nasional. Kegiatan proyek P5 Lampah Sedah ini, lanjut dia, dilaksanakan tiga kali dalam tiga pekan. Pekan pertama, fokus pada pemilahan sampah, pekan kedua soal pengolahan organik, dan pekan ketiga pengolahan anorganik.
Dia menuturkan, sebenarnya di SMP Negeri 1 Salaman juga sudah mengimplementasikan pengolahan sampah. Bahkan, para siswa mengkreasikannya dengan berbagai hasil. Seperti tempat sampah yang dihias versi mereka. Dengan adanya proyek P5 Lampah Sedah ini, sekolah pun menjadi bersih.
Pengurus TPS3R Desa Wringinputih Sugeng Rohmad menjelaskan, pihaknya sudah mengembangkan produk pemilahan sampah menjadi pengolahan sampah. Ada yang menjadi pupuk organik, kompos, maupun pupuk POC (pupuk buah). Termasuk juga pemanfaatan pupuk kompos untuk budi daya, seperti buat tanaman obat keluarga (toga).
Selain itu, dia menambahkan, pihaknya juga ikut membudidayakan maggot. Kemudian, budi daya tanaman yang dikembangkan menjadi produk olahan, seperti jahe instan.
Sementara untuk bahan-bahan yang tidak bisa diolah seperti plastik maupun botol plastik, dijual untuk menambah pendapatan TPS3R. Sedangkan bahan limbah yang tidak bisa diolah, dikirim ke TPSA Pasuruhan. “Tujuanya, setelah operasional TPS3R tercukupi, bisa menjadi pendapatan asli daerah (PAD) Desa Wringinputih,” kata Sugeng.
Dia melanjutkan, di TPS3R Desa Wringinputih sudah dimanfaatkan sekitar 400 pelanggan. Yang mana setiap pelanggan dikenakan biaya Rp 20 ribu perbulan. Untuk rumah makan, homestay, dan pertokoan menyesuaikan antara Rp 30 ribu-Rp 100 ribu per bulan.
Diharapkan, keberadaan TPS3R yang sudah berjalan kurang lebih satu tahun ini bisa menjadi wahana edukasi, baik masyarakat maupun sekolah-sekolah. Terutama untuk belajar tentang pemilahan dan pengolahan sampah, serta pengenalan berbagai macam tanaman. “Di sini sudah kami coba memanfaatkan produk pupuk dari PTS3R untuk tanaman langka, seperti klerak, belimbing wuluh, dan tanaman langka lainya,” tambahnya. (aya/bah)