MUNGKID – Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Riset dan Teknologi (Ristek) Hilmar Farid menyebut, kunjungan para delegasi G20 di Borobudur pada September mendatang diharapkan dapat memperkuat kebijakan di bidang kebudayaan. Salah satu arahnya adalah kelestarian bumi.
Selain itu, diharapkan ada dana abadi untuk tingkat global karena banyak seniman yang terdampak setelah pandemi. “Jadi, untuk mereka kembali perlu disokong. Itu (dana abadi, red) juga menjadi agenda pembicaraan nanti di pertemuan tingkat menteri,” ujarnya di Pasar Tegalan, Desa Tegalarum, Kecamatan Borobudur, Minggu (28/8).
Dia mengatakan, sekitar 200 orang delegasi G20 akan tiba di Borobudur pada 11 September. Lalu, pada 12 September, ada pertemuan para pejabat tinggi dari kementerian di bidang kebudayaan. Siangnya, akan ada kirab budaya dari 20 desa se-Kecamatan Borobudur. Kirab dari Candi Pawon hingga Candi Borobudur. Pada malam harinya, ada penampilan orkestra yang dimainkan oleh musisi-musisi dari anggota G20.
Sementara pada 13 September pagi, ada pertemuan para menteri di bidang kebudayaan. Malam harinya, bakal ada ruwat bumi yang mendatangkan masyarakat adat dari seluruh Indonesia. Barulah pada 14 September, semua delegasi kembali.
Hilmar menambahkan, tidak ada agenda untuk para delegasi naik ke struktur candi. Meskipun ada beberapa delegasi yang mengajukan hal itu. “Kami nggak bikin program khusus untuk naik ke candi. Kecuali pada 13 September dini hari, untuk melihat sunrise dan hanya beberapa orang,” jelasnya.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, Sjamsul Hadi menyebut, ada sekitar 200 orang penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat akan melakukan ruwat bumi di Borobudur dalam rangkaian G20. Pihaknya mengundang pemangku adat yang berada di wilayah barat, tengah, dan timur.
Tujuannya untuk melakukan ruwat bumi dengan harapan agar dijauhkan dari bahaya, penyakit, dan lain-lain. Sehingga budaya spiritual nusantara ini bisa terangkat ke permukaan sebagai upaya turut menjaga keberlangsungan kehidupan.”Dengan adanya ruwat ini kiranya mendapat berkah dari sang pencipta. Sehingga nantinya keberlanjutan melalui jalan kebudayaan yang berasal dari inisiatif masyarakat tersebut,” katanya.
Sebanyak 200 perwakilan masyarakat adat tersebut, berasal dari perwakilan Sumatera, Kalimantan, NTT, Sulawesi, dan Papua. Setiap daerah mengirimkan dua orang perwakilan. Nantinya, mereka akan melakukan dialog di salah satu balkondes di kawasan Borobudur.
Sjamsul menuturkan, selama Januari hingga sekarang, mereka telah menyelenggarakan ritual-ritual di daerah masing-masing. “Dari para pemangku adat tersebut, kami undang perwakilannya dua orang ke Borobudur nanti,” tuturnya. (aya/din)