Neutron Yogyakarta

Harga Cabai hingga Daging Ayam Naik

Harga Cabai hingga Daging Ayam Naik

MAGELANG – Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) juga berimbas pada kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas). Mulai dari cabai, sayuran seperti timun, daging ayam, hingga beras. Namun, ada juga yang mengalami penurunan harga seperti telur.

Berdasarkan pantauan di Pasar Rejowinangun, Selasa (6/9), kenaikan kepokmas yang paling dominan adalah cabai. Cabai merah berkisar Rp 75 ribu-Rp 80 ribu per kilogram. Kemudian, harga cabai rawit berkisar Rp 45 ribu-Rp 50 ribu per kilogram. Sedangkan cabai hijau Rp 35 ribu-Rp 40 ribu per kilogram.

Seorang pedagang sayuran, Musaidah menuturkan, harga tersebut terjadi menyusul adanya kenaikan BBM per Sabtu (3/9) lalu. Dia menyebut, semula cabai merah dijual dengan harga Rp 65 ribu per kilogram. Sedangkan cabai rawit dulunya dihargai Rp 25 ribu per kilogram.

“Naik terus (harganya). Cabai hijau juga naik dari Rp 35 ribu menjadi Rp 40 ribu per kilogram,” ujarnya sembari melayani pembeli, kemarin (6/9).

Selain cabai, kata dia, harga sayuran seperti timun juga mengalami kenaikan. Dari yang semula seharga Rp 5 ribu menjadi Rp 8 ribu per kilogram. Bahkan, sebelum BBM naik, harga timun juga sudah mengalami kenaikan. Secara umum, dia mengaku, belum merasakan pengaruh yang signifikan setelah harga BBM naik.

Sementara itu, seorang pedagang ayam Nora menyebut, harga daging ayam setiap hari mengalami kenaikan. Meskipun tidak melejit. Sejak kabar harga BBM naik, harga ayam naik dari Rp 34 ribu menjadi Rp 35 ribu. “Biasanya, kalau BBM naik, sembako otomatis juga naik,” paparnya.

Namun, harga tersebut bukanlah harga yang ada di pasaran lainnya. Lantaran seharusnya harga ayam per kemarin (6/9) sudah naik menjadi Rp 37 ribu per kilogram. Tapi, dia tetap menjualnya dengan harg Rp 35 ribu per kilogram karena pembeli tidak mau jika harganya naik.

Nora menjelaskan, meski harga naik, dia tetap menyediakan daging ayam seperti sebelumnya. Tidak dikurangi. “Banyak konsumen yang komplain, padahal kami jual untungnya sedikit,” keluhnya.

Berbeda dengan cabai dan daging ayam, harga komoditas telur justru turun. Seorang pedagang kelontong Sela membeberkan, penurunan ini terjadi sejak dua hari lalu. Semula, harga telur bisa mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Namun, kali ini turun menjadi Rp 27 ribu-Rp 28 ribu per kilogram.

Justru kenaikan telur terjadi saat pembagian bantuan program keluarga harapan (PKH) kepada masyarakat. “Sebelum BBM naik, harga (telur) turun. Tapi, ya tidak menentu. Bisa saja besok harganya naik lagi,” jelasnya. (aya/bah)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)