MUNGKID – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berencana untuk membawa pulang Prasasti Pucangan yang berada di India. Prasasi Pucangan ini merupakan peninggalan dari Raja Airlangga, yang memerintah Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur antara 1019-1042.
Prasasti yang menceritakan kehidupan Raja Airlangga dan runtuhnya Kerajaan Medang ini tidak lagi berada di Indonesia. Sejarah dan kronologi Prasasti Pucangan bisa sampai di India, hingga kini belum diketahui secara pasti. Meskipun ada beberapa ahli yang berpendapat mengenai asal-usul prasasti tersebut.
Dirjen Kebudayaan, Kemendikbudristek Hilmar Farid menyebut, saat ini pihaknya sudah mengirim tim ahli yang berjumlah dua orang. Satu di antaranya meneliti substansi dari prasasti tersebut. Satu orang lainnya fokus pada provenance research atau penelitian mengenai asal-usul prasasti itu mengapa bisa sampai di India. Nantinya, hasil penelitian itu akan dikaji bersama dengan peneliti dari India. “Untuk nantinya sampai pada kesimpulan dan kemudian dimasukkan rekomendasi,” ujarnya saat ditemui di Museum Haji Widayat, Rabu (7/9).
Dia menjelaskan, pembicaraan mengenai pengembalian itu sebenernya dimulai sejak tiga tahun yang lalu. Saat itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) berbicara dengan pejabat dari Kementrian Kebudayaan India.Dalam pertemuan tersebut, pihak India menyatakan tidak keberatan jika seandainya Indonesia meminta benda itu dikembalikan. Namun, prosesnya tentu tidaklah instan. Memakan waktu yang panjang. Mulai dari melakukan riset hingga menyiapkan dokumem-dokumen.
Kemendikbudristek bakal berusaha agar bisa secepat mungkin membawa prasasti itu pulang ke Indonesia. “Mudah-mudahan November 2023 saat berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di India, sudah bisa dieksekusi,” sebutnya.
Hilmar bercerita, Prasasti Pucangan di India itu diletakkan di sebuah museum di Kolkata sejak 208 tahun silam. Prasasti itu sempat diangkut menggunakan kapal bersama satu prasasti lainnya.Prasasti ini dikirim ke Kolkata di India bersama Prasasti Sangguran pada masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles sebagai Gubernur Jenderal di Hindia Belanda (1811-1816). Lalu, Raffles memberikan prasasti itu kepada Lord Minto sebagai Gubernur Jenderal Inggris di India.
Kemudian, Lord Minto membawa prasasti itu ke kampung halamannya di Skotlandia dan menetap di sana. Namun, Prasasti Pucangan ini tidak dibawa serta olehnya dan ditinggal di Kolkata, India. Hingga sekarang, prasasti itu berada di Indian Museum, Kolkata.
Prasasti itu berisi silsilah dari Raja Airlangga dan beberapa peristiwa yang terjadi pada masa kepemimpinannya di abad ke-11. Bahkan, Prasasti Pucangan menjadi satu-satunya sumber yang memberikan catatan lengkap terkait kehidupan Airlangga dan silsilah Raja Medang selama empat generasi, yang ditulis dalam dua bahasa, yakni Sansekerta dan Jawa Kuna.
Pemerintah India pun tidak mengetahui secara pasti prasasti itu. Para ahli lantas mengetahui keberadaan Prasasti Pucangan dari catatan sejarah. Lantaran sudah lama teronggok di sana, membuat prasasti tersebut kurang mendapat perhatian. Sehingga dia berencana untuk memulangkannya ke Indonesia.
Saat dirinya ke museum tersebut, prasasti itu akan dipamerkan. Terlebih, setelah pihak India mengetahui arti penting dari prasasti tersebut. Kemudian, mereka mengambil langkah-langkah untuk memastikan keamanan dan keutuhannya.Hilmar menargetkan, Prasasti Pucangan akan dipulangkan ke Indonesia pada November 2023 mendatang. Setelah tim ahli meneliti secara keseluruhan prasasti itu. (aya/pra)