MUNGKID – Para seniman yang tergabung dalam Komunitas Seniman Borobudur Indonesai (KSBI) menggelar ritual jelang G20 Culture Ministers Meeting di Candi Borobudur, 12-13 September. Ritual ini dilakukan sebagai upaya untuk meminta tidak turun hujan dan semakin bersahabat dengan alam.
Ritual ini dilengkapi dengan beberapa kelapa, pisang, laras, dan beberapa ubo rampe. Kemudian, para seniman tampak mengucapkan mantra khusus selama beberapa menit. Dengan mengelilingi meja yang berisi ubo rampe tersebut. Ada juga yang membawa air, lalu dicipratkan.
Ketua KSBI Umar Chusaeni mengatakan, kegiatan ini berkaitan dengan sebuah perisitiwa budaya dan perisitiwa luar biasa yang ada di Borobudur, yakni G20. “Kami KSBI menggelar sebuah performance agar bersahabat dengan alam,” ujarnya di Limanjawi Art House, Minggu (11/9).
Dia menuturkan, hal itu menandakan bahwa manusia sangat lemah. Para seniman hanya berusaha dan berdoa. Dia berharap, apa yang telah dilakukan merupakan bagian dari bagaimana manusia harus bersahabat dengan alam.
Selain itu, para seniman juga mendukung penuh kegiatan G20 yang terpusat di Borobudur. Terlebih, dengan rangkaian agenda berupa Indonesia Bertutur 2022, sangat bermanfaat bagi para pelaku seni budaya di Borobudur.
Di satu sisi, Borobudur merupakan sebuah perpustakaan besar yang membuat orang menoleh dan melihat lebih dalam tentangnya. Dengan G20 ini, diharapkan dapat mengenalkan kepada dunia bahwa Borobudur sebagai salah satu pusat seni budaya dunia. Juga sebagai satu pijakan dan sejarah bangsa yang sangat penting.
Simbol-simbol yang digunakan untuk ritual ini sebagai rasa terima kasih kepada Tuhan. Juga simbol kemakmuran bahwa semua yang ada di Borobudur itu spesial. Dia berharap, alam akan memberikan dukungan untuk kegiatan tersebut. “Semoga dua hari ini tidak ada hujan,” paparnya. (aya/bah)