Neutron Yogyakarta

Pengelola Homestay Kecipratan Rezeki dari G20

Pengelola Homestay Kecipratan Rezeki dari G20

MAGELANG – Adanya kegiatan G20 Culture Ministers Meeting justru membawa berkah bagi para pengelola homestay di kawasan Borobudur. Banyak dari instansi pemerintah maupun masyarakat luar daerah yang sudah memesan homestay. Hal itu menjadi satu pertanda bahwa perekonomian terus menunjukkan tren positif.

Beberapa desa di Kecamatan Borobudur sudah memiliki homestay. Baik dikelola oleh pemerintah desa setempat maupun masyarakat. Selama dua tahun lebih terdampak pandemi, akhirnya tahun ini semakin membaik. Apalagi ditunjang dengan berbagai kegiatan berskala besar, seperti G20 ini.

Kepala Desa Karangrejo M Hely Rofikun menyebut, meski belum akhir tahun, tapi secara kasat mata, terjadi peningkatan kunjungan homestay secara signifikan. “Karena okupansi dari homestay ketika hari libur atau weekend sudah penuh,” paparnya, Senin (12/9).

Dia menambahkan, selama rangkaian agenda G20 berlangsung di Borobudur, banyak homestay yang sudah dipesan jauh-jauh hari. Bahkan, homestay milik masyarakat juga penuh. Di Desa Karangrejo, Hely menjelaskan, ada tiga tipe homestay. Pertama, homestay di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Karangrejo berjumlah 20 unit dengan tarif yang cenderung mahal. Per kamar, dibanderol dengan harga Rp 500 ribu. Di sana, juga terdapat tiga tipe kamar, yakni family ada tiga kamar, couple ada dua kamar, dan single dengan satu kamar.

Kedua, homestay sarana hunian pariwisata (sarhunta) yang berlokasi di rumah-rumah masyarakat. Homestay jenis ini berjumlah 40 rumah. Per rumah, dibanderol dengan harga Rp 300 ribuan. Terakhir, homestay milik masyarakat secara umum. Jumlahnya lebih dari 100 kamar. Harganya pun sama dengan homestay sarhunta. Mereka yang menginap di homestay, akan mendapat fasilitas berupa makan pagi. “Yang kami jual kesejukan alami desa dan area tersebut,” kata dia.

Hely menambahkan, kebanyakan kamar yang sudah dipesan, berasal dari wisatawan dalam negeri. Karena wisatawan luar negeri baru beberapa bulan terakhir ini bisa masuk ke Indonesia. Bahkan, selama rangkaian agenda G20 ini, ada satu runah yang disewa selama satu minggu hingga dua puluh hari. “Alhamdulillah semakin ramai dan hiruk pikuk pariwisata bermanfaat bagi masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, pemilik homestay di Dusun Brojonalan Desa Wanurejo Borobudur Mei Aman Efendi menyebut, harga sewa homestay per satu malam bervariasi dan masih terjangkau. Mulai dari Rp 400 ribu- Rp 500 ribu. Dengan adanya agenda ini, dia memilik untuk tidak menaikkan tarif homestay. Meskipun memang ramai pengunjung. Bahkan, lanjut dia, banyak pengunjung yang mengaku kesulitan untuk mencari penginapan saat puncak kegiatan G20. Lantaran semuanya sudah penuh. “Yang menginap rata-rata instansi atau lembaga pemerintah dan swasta luar kota,” bebernya. (aya/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)