MUNGKID – Masyarakat di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di Dusun Gopaan, Desa Genito, Kecamatan Windusari, mengadakan ritual unik. Yakni pernikahan pasangan tanaman tembakau. Bahkan ritual ini layaknya resepsi sepasang manusia yang digelar meriah.
Ratusan warga datang menyaksikan ritual tersebut. Meski tak seramai sebelum pandemi, tidak menghilangkan makna setiap doa yang dipanjatkan. Beberapa warga juga tampak membawa aneka makanan yang diletakkan pada wadah berbentuk kotak dari batang pisang.
Pernikahan tembakau merupakan tradisi yang setiap tahun diadakan warga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Atas anugerah ladang dan panen tembakau yang melimpah.
Ritual diawali dengan doa yang dipimpin tokoh masyarakat setempat di Sendang Piwakan, tidak jauh dari dusun. Sebelumnya, ratusan warga melakukan arak-arakan dengan membawa gunungan hasil bumi.
Sepasang tanaman tembakau dibawa oleh sepasang lelaki dan perempuan yang mengenakan baju adat. Dua tanaman itu terdiri atas tembakau laki-laki bernama Kyai Pulung Seto dan tembakau tanaman wanita bernama Nyai Srintil. Dua tokoh mitos.
Kepala Dusun Gopaan Sugitno mengatakan, tradisi ini digelar rutin setiap tahun oleh warga pada Selasa Pahing, bulan Safar. Pernikahan tembakau ini, menjadi simbol syukur atas panen tembakau yang selalu melimpah setiap tahun.
“Ritual ini tiap tahun diadakan. Sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rezeki,” ujarnya di sela kegiatan Selasa (13/9).
Ritual diharapkan agar panen selanjutnya terus melimpah. Para petani maupun pekerja tidak mengalami kesulitan sejak masa tanam hingga masa panen tiba. Dia melanjutkan, kegiatan ritual sudah ada sejak lama dan masih lestari hingga sekarang.
Dengan adanya pernikahan tembakau ini, tanaman tembakau di dusunnya akan terus maju. “Ada turunannya, jadi dikawinkan. Kalau tembakau lancar, petani juga senang, perekonomiannya terjamin,” paparnya.
Pemimpin ritual Agus Merapi menyebut, pernikahan tembakau ini memang harus dilaksanakan di Sendang Piwakan. Karena merupakan pokok kehidupan. Ritual digelar sebagai penghormatan dari hasil panen tembakau tahun ini. Harapannya, hasil panen selanjutnya akan lebih baik lagi.
Tahun ini, kata dia, dua tanaman tembakau tidak dicelupkan ke air sendang. Agar cuaca mendukung. Lantaran beberapa tahun lalu, pernah dicelup ke air, tapi hasil panen tidak sesuai dengan yang diharapkan. “Sehingga hasil tembakau bagus, harga jual ikut bagus,” tutur Agus.
Usai ritual di Sendang Piwakan, warga lantas melaksanakan garebeg tumpeng di Dusun Gopaan. Disusul dengan pentas kesenian kubro dangdut (Brodut) dan Tari Gambyong. Sedangkan malamnya ada kesenian lain seperti Ndolalak dan Soreng, juga pagelaran wayang kulit semalaman utuh. (aya/laz)