MUNGKID– Sebanyak 70 persen dari 38 siswa di MI Maarif Bulurejo belum masuk sekolah. Kendati sudah pulang dari rumah sakit dan keadaannya membaik, namun sekolah mempersilakan mereka untuk beristirahat di rumah terlebih dahulu.
Berdasarkan pantauan, setelah pada Rabu (21/9) banyak siswa yang diduga keracunan akibat mengonsumsi jajanan, suasana sekolah tetap kondusif. Siswa tetap mengikuti pembelajaran seperti biasanya. Meski tidak ada pedagang yang berjualan di depan gerbang sekolah.
Wakil Kepala Madrasah Bidang Kesiswaan Tri Handayani menyebut, 17 siswa yang dirawat di RSUD Tidar dan 21 siswa di RS Harapan, semuanya sudah pulang pada Rabu (21/9) sore. Dugaan sementara, penyebab para siswa mengalami mual, muntah, dan pusing karena membeli jajanan di luar sekolah.
Para siswa yang jajan, kata dia, merata di setiap jenjang. Mulai dari kelas 1-6. “70 persen belum masuk dan sudah agak sehat,” ujarnya saat ditemui di kantornya Kamis (22/9).
Untuk saat ini, para siswa tidak diperbolehkan jajan di luar sekolah. Mereka disarankan membawa bekal. Agar kualitasnya lebih terjamin. Sementara ini, sekolah juga melarang pedagang asongan untuk berjualan.
Dia pun belum bisa memastikan keracunan para siswanya berasal dari jasuke dan mi tumplek. Lantaran belum ada data yang valid terkait bukti dan saksi. “Kami juga belum mendapat konfirmasi dari kepolisian dan rumah sakit. Itu (penyebab keracunan, Red) dari mi atau jajanan lain,” jelasnya.
Namun, dia memastikan, jika muntahan para siswanya mengandung mi. Karena kebanyakan memang makan mi. Padahal, selama 20 tahun Tri mengajar di MI Maarif Bulurejo, belum pernah menemui kasus seperti ini.
Menindaklanjuti kejadian tersebut, kantin sekolah bakal diaktifkan kembali. Karena sebelum pandemi, sudah ada kantin yang berjualan di dalam sekolah. “Dulu ada kantin. Saat pandemi, belum ada lagi. Setelah ini, kami akan berlakukan lagi,” kata dia.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magelang Bela Pinarsi mengatakan, petugas kesehatan dari Puskesmas Mertoyudan telah melakukan kunjungan ke rumah-rumah siswa. Tujuannya untuk mem-follow up keadaan dari para siswa secara masif.
Sementara itu, Kapolsek Mertoyudan AKP Sujarwanto menjelaskan, setelah mengevakuasi para siswa ke rumah sakit, persenelnya mencari pedagang yang diduga menjual jasuke dan mi tumplek. Lantas, mereka berhasil menemukan para pedagang dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Berdasarkan laporan dari terduga pelaku, mereka baru menjajakan makanannya di MI Maarif Bulurejo. Mengingat saat itu masih terbilang pagi. Polisi mengamankan pedagang jasuke saat berjualan di salah satu SD. Kemudian, untuk pedagang mi tumplek sudah pulang. Saat itu, hanya sang istri saja yang dipanggil untuk dimintai keterangan. Lalu, menyusul sang suami.
Hingga saat ini, kepolisian belum bisa memastikan apakah pedagang tersebut bersalah atau tidak. Namun, sampel sudah dibawa Dinkes Kabupaten Magelang dan tim identifikasi Polres Magelang untuk ditindaklanjuti. Sehingga proses selanjutnya masih menunggu hasil indentifikasi dari laboratorium.
Ketiganya, lanjut Sujarwanto, juga belum ditetapkan sebagai tersangka. Hanya dimintai keterangan sembari menunggu hasil laboratorium keluar. Mengingat yang berjualan di sekolah tidak hanya mereka saja, melainkan ada pedagang lain. Padahal, pedagang mi tumplek sudah berjualan sejak 23 tahun dan tidak ada masalah yang berarti. Sujarwanto menduga, ada unsur ketidaksengajaan dalam kasus tersebut. “Itu juga belum tentu penyebabnya dari si ibu yang berjualan mi tumplek. Kebetulan memang yang ditemukan tiga orang itu,” bebernya.
Dia meminta kepada sekolah untuk mendata para pedagang yang berjualan di lingkungannya. “Ke depan kami minta untuk mendata pedagang dan membuat grup sendiri, agar memudahkan komunikasi jika terjadi sesuatu,” tandasnya. (aya/eno)