MAGELANG – Instalasi pipa gas metan yang dikelola Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tempat Pengelolaan Sampah Akhir (TPSA) Banyuurip, Kecamatan Tegalrejo rusak. Padahal, ada 23 kepala keluarga (KK) yang menerima manfaat dari energi hasil pengolahan sampah tersebut.
Kepala UPT TPSA Banyuurip, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Magelang Sobron menyebut, setiap harinya volume sampah selalu berubah dan tidak stabil. Saat ini, pipa yang digunakan untuk menyalurkan gas metan ke rumah warga tidak berfungsi dengan baik. “Karena saluran pipa terkena alat berat,” ungkap Sobron di kantornya Selasa (27/9).
Dijelaskan, saat ini tengah dalam proses perbaikan pipa. Sehingga warga belum bisa menggunakan gas metan. “Yang kami salurkan, warga dekat dengan instalasi. Kalau terlalu jauh, nanti cepat menghilang walaupun pakai selang,” jelas Sobron.
Setiap harinya, ada sekitar 60-70 ton sampah dari wilayah Kota Magelang dan sekitar lokasi. Ada lebih dari 30 truk sampah yang beroperasi mengangkut limbah campur dari rumah tangga. Sebanyak 70 persen sampah keluarga serta 30 persen dari pasar dan fasilitas umum.
Dia mengatakan, sampah yang ditimbun menghasilkan air lindi atau cairan sampah. Cairan itu ditampung dalam kolam di gester biogas yang menghasilkan metan. “Kami olah menjadi gas metan. Kemudian, kami salurkan melalui pipa,” bebernya.
Tepatnya, gas tersebut diolah menjadi bahan bakar tungku rumah tangga. Pengolahan ini sudah dilakukan sejak 2019. Sebagai wujud kontribusi TPSA Banyuurip kepada warga sekitar. “Bahkan, tanpa dipungut biaya,” ucapnya.
Meski dengan pemanfaatan gas metan ini, tidak serta-merta menghapus kesan area pengolahan sampah yang kotor. Karena sampah tetaplah sampah. Namun, kata Sobron, sampah kotor tersebut ternyata bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitar.
Dia menuturkan, untuk sementara ini, pihaknya belum menambah keluarga yang menerima manfaat gas metan. Lantaran ada kerusakan instalasi membuat produksi juga masih berhenti. “Nanti di 2023 ada anggaran lagi, kami benahi instalagi, baru disalurkan lagi,” imbuhnya.
Terlebih, pekerjaan rumah (PR) dari TPSA Banyuurip tidak hanya membenahi instalasi, melainkan menata lokasi pembuangan sampah yang sudah overload sejak 2017. Dari empat sel, hanya tersisa satu sel aktif saja dengan tinggi gunungan sekitar 8 meter. (aya/bah)