Neutron Yogyakarta

Daripada Dijual, Petani Pilih Sumbangkan Kubis

Daripada Dijual, Petani Pilih Sumbangkan Kubis

MUNGKID – Sejak dua bulan terakhir, harga beberapa komoditas hortikultura mengalami penurunan yang signifikan. Hal ini dipicu adanya panen raya sehingga persediaan sayuran melimpah. Akibatnya, permintaan semakin turun. Seperti harga kubis atau kol yang anjlok kisaran Rp 500 – Rp 1.000 per kilogramnya.

Pemilik lahan Supadi Haryanto mengatakan, rata-rata sayuran mengalami krisis harga. Bahkan, harga dari petani tersebut tidak bisa menutup produksi atau biaya perawatan lahan. Namun, hal itu tidak lantas membuat petani menyerah. Meski harga turun, mereka tetap menanam kembali.

Idealnya, kata dia, harga kubis Rp 8.500 – Rp 9.000 per kilogramnya. Padahal, biaya pemeliharaan per tanaman kubis sebesar Rp 2.500. Tapi, hanya dijual Rp 500 – Rp 1.000 per kilogram. “Jadi, (harganya) memang turun drastis,” ujarnya, Rabu (28/9).

Selain kubis, komoditi lain juga mengalami penurunan harga, yakni tomat. Sebelumnya, harga tomat sebesar Rp 13 ribu per kilogram. Sekarang hanya mencapai Rp 700 – Rp 1.000 per kilogram di tingkat petani. Harga tersebut jelas tidak menutup biaya produksi.

Kendati panen melimpah, lanjut Supadi, para petani tidak ada yang membuang sayuran begitu saja. Justru mereka menyumbangkannya kepada masyarakat lain yang membutuhkan. Juga kepada pondok pesantren (ponpes) terdekat. “Nggak mungkin dibuang percuma,” katanya.

Terlebih, ada satu gerakan masyarakat di Desa Girirejo untuk mengumpulkan sayur-sayur yang tidak dijual ke pasar untuk disumbangkan. Ada tim khususnya. Dari pihak desa hanya menyediakan biaya transport penyalurannya.

Meski begitu, ada petani yang kesulitan untuk mencari pupuk. Mengingat harga pupuk bersubsidi juga ikut naik seiring dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Untuk mengantisipasinya, para petani biasa menggunakan pupuk kandang yang dinilai lebih ekonomis.

Sementara itu, Kepala Dusun Mantran Wetan Handoko mengatakan, luas lahan pertanian di dusunnya hampir 60 hektare. Mayoritas ditanami kubis, sawi, dan tomat. Karena cuaca mendukung, sehingga panen juga melimpah. “Tomat kalau per hektare-nya satu musim panen hampir 100 ton, kalo kubis hampir sama. Sedangkan harga sawi sekarang Rp 1.000 per kilonya,” bebernya.

Dengan begitu, banyak para petani yang mengumpulkan hasil panen, lalu disumbangkan kepada masyarakat yang membutuhkan. “Makanya dari yang tidak laku, menjadi lebih tidak laku lagi. Karena orang-orang yang biasanya beli sudah dikasih. Tapi, daripada dari petani tidak digunakan, lebih baik diamalkan,” tambahnya.

Namun, total sayuran yang dikumpulkan petani Dusun Mantran Wetan beragam dan tidak terlalu banyak. Hanya berkisar lima kuintal hingga satu ton. Mengingat tidak ada masyarakat yang mengkoordinir sumbangan tersebut. Sehingga banyak juga yang menyumbangkan secara perseorangan.  (aya/bah)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)