MUNGKID – Banjir yang melanda wilayah Kabupaten Magelang mengakibatkan puluhan hektare tanaman cabai terendam. Di antaranya terjadi di Dusun Kranjang Kauman, Desa Sidosari, Kecamatan Salaman pada Senin (10/10) lalu. Padahal, cabai ini siap panen dan diharapkan dapat menambah pendapatan sehari-hari pemiliknya.
Salah satu pemilik lahan cabai adalah Isro’ Muntaha. Isro’ hanya bisa pasrah dan menerima kenyataan ini. Meski awalnya kecewa lantaran hampir memetik hasilnya. Saat itu, dia menanam cabai sekitar 15 baki. Per baki berisi 425 pohon cabai.
Namun demikian, pada Senin (10/10) pagi, dia sudah sempat memetik cabai setan sekitar 18 kilogram. Waktu itu, hujan di daerahnya tidak terlalu deras. Tapi, sungai di hulu meluap hingga menggenangi lahan cabainya.
Dia mengetahui lahannya terendam banjir saat hendak membelikan lauk untuk sang anak. “Pas (selesai metik) pulang, air belum naik. Saya tahu banjir pas anak WhatsApp minta lauk makan malam. Saya keluar, ternyata air sungai sudah mulai naik,” jelasnya saat ditemui di rumahnya, kemarin (13/10).
Saat pulang membeli lauk sekitar pukul 17.00, pohon cabainya sudah mulai tenggelam. Sedangkan air mulai surut, sekitar pukul 19.00. Saat itu juga, dia mulai membersihkan sampah-sampah, baik yang terbawa air hingga pohon yang rusak.
Beruntung, dia masih bisa menyelamatkan pohon cabai dengan cara menyiramnya dengan air bersih. Lalu, disemprot untuk menghilangkan pasir dan membersihkan jamur yang menempel pada cabai.
Padahal, lanjut dia, sekarang ini harga cabai dari petani dibanderol dengan harga Rp 47 ribu per kilogram untuk jenis setan. Harga itu jelas tinggi baginya. Bahkan, dulunya hanya laku Rp 4 ribu per kilogram.
Isro’ menyebut, pohon cabai yang bisa diselamatkan sekitar 70 persen. Sisanya terbawa arus air hingga tertimbun lumpur dan pasir. Debit air Sungai Prau yang berada di hulu semakin tinggi, membuat lahannya terendam air sekitar satu meter.
Untuk saat ini, perawatan pohon cabai memang harus ditingkatkan. Baik untuk mencegah pertumbuhan jamur maupun pembusukan. Mengingat musim hujan, kadar air dalam tanah juga bertambah. “Sehingga kami harus berusaha menormalkan unsur tanah yang kena air itu,” jelasnya. (aya/din)