MUNGKID – Sebanyak empat rumah di bantaran Sungai Progo terancam ambles. Tepatnya di Dusun Ngiwon, Desa Banyuwangi, Kecamatan Bandongan. Lantaran tebing sungai tersebut longsor akibat terbawa derasnya aliran air pada Jumat (21/10) malam.
Pantauan Radar Jogja, material longsoran masih berada di tepi sungai. Bahkan, saluran irigasi tertutup material. Pemerintah Desa (Pemdes) Banyuwangi bersama stakeholder lain pun memberi tanda agar warga tidak mendekati lokasi longsor. Selain bahaya, juga masih berpotensi adanya longsor susulan.
Seorang warga Suparyono, 59, mengaku, pada Jumat (21/10) di Dusun Ngiwon terjadi hujan, namun hanya rintik-rintik. Namun, di hulu sungai, tepatnya di Kabupaten Temanggung terjadi hujan deras, sehingga air meluap hingga ke dusunnya. Puncaknya pada 18.30, debit air Sungai Progo terus naik hingga 4 meter.
Padahal, saat itu, banyak orang yang menghadiri tahlil di dekat lokasi. Lantas, terdengar suara gemuruh disertai rekahan tanah. Warga yang mendengar itupun, langsung berlarian. “Air sungai mulai surut sekitar 20.30,” ujarnya ditemui di lokasi, Sabtu (22/10).
Dia mengatakan, lahan pertanian warga dan bengkok desa ikut terdampak. Selain itu, ada empat rumah yang terancam ambles lantaran berada persis di atas tebing. Di antaranya milik Ashari, Sutrisno, Asroni dan Kholid.
Meski tidak ada korban jiwa, namun, semua ikan milik Ashari yang berada di dalam kolam hanyut terbawa arus. Karena letaknya berada persis di atas tebing. Yakni ikan nila, bawal, dan lainnya. “Padahal, umurnya sudah satu tahun. Tapi, sudah hilang semua,” tutur Ashari, 60.
Dia hanya bisa pasrah semua ikannya hilang terbawa arus. Padahal, ikan tersebut akan dipanen saat Lebaran 2023 mendatang. Mengetahui hal itu, anak-anaknya yang berada di luar daerah, pulang untuk menengok kondisi rumahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Banyuwangi Asnawi menuturkan, tebing yang longsor itu di luar dugaan warga setempat. Terlebih, menurut perhitungan Jawa, bulan ini belum memasuki musim penghujan. “Saya turun, ternyata air sudah begitu besar sampai mengenai kolam dan irigasi warga,” sebutnya.
Saat itu juga, dia meminta kepada warga setempat untuk mengungsi di masjid terdekat. Kondisi ini memang bukan kali pertama dialami warga. Tapi, menjadi yang terbesar. Abrasi pernah terjadi pada 2016 silam dengan panjang sekitar 200 meter.
Untuk abrasi yang terjadi, kata dia, ketinggian air sungai mencapai tiga meter dengan kedalaman empat meter. Sedangkan total panjang tebing yang terkikis sekitar 125 meter. Kejadian itu juga berdampak pada rusaknya lahan warga dan tanah kas desa. “Lahan yang hilang kurang lebih ada tujuh pemilik ditambah tanah kas desa 2.750 meter persegi. Total keseluruhannya kurang lebih ada 1 hektare,” papar dia.
Dengan adanya kejadian tersebut, Pemdes Banyuwangi telah mengirim surat permohonan kepada Bupati Magelang dan BPBD Kabupaten Magelang untuk segera menormalisasi aliran Sungai Progo. Sehingga aliran sungai akan normal kembali dan tidak berkelok-kelok.
Kendati masih berpotensi adanya abrasi susulan, dia mengimbau warga untuk lebih berhati-hati. Namun, dia juga sudah mempersilakan mereka jika berkenan untuk relokasi. Warga pun tidak keberatan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing. (aya/pra)