Neutron Yogyakarta

Menikmati Pemandangan Alam di Ketinggian 1.600 Mdpl

Menikmati Pemandangan Alam di Ketinggian 1.600 Mdpl

MAGELANG – Wisata alam kini semakin diburu wisatawan. Apalagi yang berada di lereng-lereng gunung. Meski musim hujan dan sering berkabut, justru tak menyurutkan minat mereka untuk berwisata. Terlebih, saat libur akhir pekan. Tingkat kunjungan ke sejumlah objek wisata akan meningkat.

Begitu pula dengan salah satu objek wisata Nepal Van Java. Julukan tersebut disematkan kepada Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Lantaran susunan rumah warga yang memiliki kemiripan dengan desa di Nepal, Namche Bazaar. Bedanya, Namche Bazaar berlokasi di pegunungan Himalaya dan Nepal Van Java berada di lereng Gunung Sumbing. Dusun Butuh ini memiliki ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan menjadi dusun tertinggi di Magelang.

Untuk sampai ke Dusun Butuh, pengunjung harus melewati medan jalan yang menanjak. Sekitar enam kilometer dari Kantor Desa Temanggung. Bahkan, kondisi jalan masih kurang memadai. Meski sudah berupa aspal, namun banyak lubang dan akan mengkhawatirkan jika musim hujan. Untuk itu, harus dibutuhkan ekstra hati-hari saat melintas.

Namun, sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhi area persawahan yang memanjakan mata. Banyak pula tanaman loncang, cabai, kubis, dan lainnya. Tak lupa dengan beberapa warga yang tengah sibuk memanen hasil pertanian.

Saat cuaca cerah, pengunjung dapat menikmati hamparan sawah, rumah-rumah warga, dan gagahnya Gunung Sumbing. Tapi, jika musim hujan seperti sekarang ini, jangan harap bisa mendapat pemandangan tersebut. Apalagi jika kawasan Dusun Butuh dipenuhi kabut tebal. Akan memakan waktu lama untuk membuat kabut itu pergi.

Pada 2019, rumah-rumah warga mulai dicat. Bahkan, para pendaki dan fotografer kerap mengabadikan serta mengunggahnya di media sosial. Lantas, viral dan membuat orang-orang mulai berdatangan. Saat itu, dusun tersebut belum menjadi objek wisata.

Kemudian, mulai dikunjungi sebagai objek wisata pada 17 Juli 2020. Tepatnya, bebarengan dengan era new normal. Saat itu, pendakian Gunung Sumbing via Dusun Butuh mulai dibuka kembali. Dengan pesona yang ditawarkan, membuat para pengunjung penasaran.

Seiring berjalannya waktu dan banyak pengunjung yang datang, mau tidak mau membuat pemerintah desa harus meyiapkan konsep-konsep wisata. Yang bahkan, sudah direncanakan sejak 2017 untuk menjadi kawasan desa wisata.

Pada 23 Juli 2020, ada seorang fotografer yang tengah memotret seseorang di dekat masjid dusun dan diunggah ke akunnya. “Caption-nya memiripkan antara Magelang sama Bandung yang notabene menjadi Paris Van Java. Sejak saat itulah, spontanitas kata-kata Nepal Van Java keluar,” jelas Kepala Dusun Butuh Lilik Setiyawan di Kantor Desa Temanggung, Jumat (21/10).

Pengecatan sekitar 250 rumah itu, kata dia, dilakukan secara bertahap. Pada 2019, 2020, dan 2021. Sebanyak 90 persen dari jumlah itu, dicat secara keseluruhan. Lantaran hanya beberapa rumah yang warna catnya masih bagus.

Dia menuturkan, pertama kali Dusun Butuh diubah menjadi objek wisata, banyak mendapat pertentangan dari warga. Mereka harus melakukan banyak penyesuaian. Mengingat mayoritas bekerja sebagai petani dan harus kesana-kemari.

Lambat laun, mereka menerima. Justru banyak mendapat manfaat dengan adanya para pengunjung. Mereka kecipratan rezeki dengan berjualan sayur, warung kopi, warung kelontong, warung makan, spot foto, hingga ojek wisata.

Lilik menyebut, ada sekitar 120 warga yang menawarkan diri menjadi ojek. Bagi pengunjung yang ingin diantar mengelilingi dusun, mereka dapat membayar Rp 35 ribu. Sedangkan jika hanya mengantar dari loket tiket menuju atas dusun, membayar Rp 15 ribu.

Di Nepal Van Java ini, ada beberapa spot foto yang instagramable. Seperti gardu oandang, tangga naga, taman depok, masjid, jembatan kaca, tangga pelangi, tulisan pesona Dusun Butuh, gapura pendakian, hingga ikon patung pendaki.

Selain itu, juga ada homestay. Lilik mengatakan, ada 10 rumah yang masing-masing memiliki tiga kamar dan difungsikan sebagai homestay. Dengan kisaran harga Rp 150 ribu-Rp 250 ribu. Tergantung fasilitas dan kualitas.

Bahkan, untuk menghibur para pengunjung, ada pertunjukan seni tiap 35 hari sekali. Tepatnya pada Minggu Pahing. “Ini jadi salah satu bentuk meningkatkan kualitas sisi wisata. Tidak hanya menikmati pemandangan, tapi seni budaya,” bebernya.

Tak hanya itu, warga Dusun Butuh juga memanfaatkan agrowisata. Para pengunjung bisa ikut panen dengan petani dan mendapat edukasi soal penanamannya dengan membayar Rp 50 ribu. Mulai dari kubis, loncang, maupun lainnya. Namun, tidak setiap hari ada. Hanya nenuruti permintaan dari pengunjung.

Untuk tiket, dia menyebut, pengunjung hanya membayar Rp 10 ribu per orang. Lilik menambahkan, kunjungan Nepal Van Java rata-rata perhari mulai 500-1.000 orang. Sedangkan kunjungan tertinggi terjadi pada Agustus 2020 yang mencapai 12 ribu orang.

Saat musim hujan, lanjut dia, jelas berpengaruh terhadap kunjungan. Tapi, setiap hari tetap ada pengunjung. Mereka kebanyakan dari Jawa Tengah, Jakarta, Bandung, Bekasi, dan beberapa daerah lain.

Nepal Van Java ini dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Temanggung. Hingga kini pun, objek wisata tersebut terus berbenah dan dilakukan pengembangan. Mulai dari spot foto, tampilan lampu, kursi taman, hingga layanan jeep. (aya/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)