MAGELANG – Beberapa replika benda yang digunakan dalam Supreme Audit Institution 20 (SAI 20) pada Presidensi G20 Agustus lalu, melengkapi koleksi di Museum BPK RI, Kota Magelang. Mulai dari palu, nomor pelat mobil delegasi, bendera, aksesoris, hingga sejarah singkat G20 dan SAI 20.
Tahun ini, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menginisiasi pembentukan lembaga pemeriksa yang melibatkan 12 negara anggota G20. Beberapa pertemuan tingkat ketua BPK di 12 negara sudah terlaksana. Yang mana menghasilkan kesepakatan untuk membentuk SAI 20 dan kesepakatan komite yang akan disampaikan pada Presidensi G20 di Bali, November mendatang.
Keberadaan museum ini, bagi Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Internasional BPK RI Yudi Ramdan Budiman, menjadi upaya untuk menjaga momentum sejarah pembentukan SAI 20. “Kami ingin mengkapitalisasi dan mendokumentasikan perjalanan tersebut ke dalam ekspresi (ruang pamer) ini,” ujarnya usai peluncuran SAI 20 Spot Exibition, di Museum BPK RI, Kota Magelang, Sabtu (22/10).
Yudi menyampaikan, inilah salah satu upaya untuk memberikan kenangan, perspektif, juga sebagai tambahan sejarah BPK RI untuk SAI 20. Kenangan tersebut berupa benda yang pernah digunakan anggota delegasi G20. Juga beberapa informasi lain yang berkaitan dengan pembentukan SAI 20.
Pertama, palu yang mana melambangkan kepemimpinan BPK RI sebagai ketua pertama SAI 20 pada 2022. Kedua, communique. Yang berisi bagaimana mengatur dan mengelola SAI 20 ke depan dan sebagai bentuk kesepakatan yang direkomendasikan.
Kemudian, tambah Yudi, ada beberapa aksesoris seperti pin, pelat nomor mobil delegasi, dan bendera beberapa negara anggota G20. Selain itu, juga ada sejarah singkat SAI 20. “Ada video yang menjelaskan momen bersejarah dari proses diskusi hingga terbentuk (SAI 20),” jelasnya.
Penyimpanan replika benda tersebut dinilai penting. Lantaran untuk memberikan konteks bahwa Indonesia telah menginisiasi forum yang mendiskusikan bagaimana mengawal harta di 20 negara.
Selain itu, juga memberikan edukasi kepada pengunjung untuk melihat kiprah BPK. Menurut Yudi, keberadaan replika tersebut di museum ini merupakan pintu untuk berinteraksi terhadap apa yang telah dilalui. “Karena nanti Indonesia akan menjadi tuan rumah 20 tahun lagi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Museum BPK RI Dicky Dewarijanto menuturkan, spot baru SAI 20 ini dapat menambah ruang pamer sejarah di tempatnya. Di museum sendiri, ada beberapa informasi yang bisa didapat masyarakat. Mulai dari sejarah berdirinya BPK, struktur organisasi dari masa ke masa, hingga nilai dasar BPK. Yakni independensi, integritas, dan profesionalisme.
Selain itu, Museum BPK RI juga menampilkan sisi humanisme para pemimpin dan ruang titik nol. Ruang tersebut menginformasikan sejarah berdirinya BPK RI di Kota Magelang. Tak hanya itu, museum tersebut dilengkapi rekam jejak, museum anak, perpustakaan, dan audio visual.
Museum bekas kompleks Karesidenan Kedu ini dibuka mulai pukul 09.00-15.00 dan tidak dipungut biaya. Dicky menambahkan, museum ini memiliki konsep post modern museum. Yang mana tidak harus berkomunikasi dengan pemandu. (pra)