Neutron Yogyakarta

ODGJ di Bandongan Dikerangkeng selama 17 Tahun

ODGJ di Bandongan Dikerangkeng selama 17 Tahun

MAGELANG – Di Magelang, orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Rudy Kusumo Salfari, 30, warga Dusun Jurang RT 4/RW 3, Desa Bandongan ini sudah dikerangkeng selama 17 tahun lamanya. Setelah lebih dari 10 kali keluar-masuk RSJ prof. dr. Soerojo Magelang, nyatanya tidak membuahkan hasil. Dia masih kerap mengamuk, lebih-lebih melukai kaluarganya.

Paman Rudy, Ahmat Kamali mengatakan, kondisi keponakannya itu sudah terjadi sejak duduk di bangku kelas 3 SMP. Awalnya, Rudy mengalami demam tinggi. Setelah diperiksa di salah satu rumah sakit di Jakarta, ternyata sudah mengenai saraf telinga dan otaknya. Lambat laun, indra pendengaran Rudy tidak berfungsi.Alih-alih mau berinteraksi baik dengan Kamali, justru Rudy sering mengamuknya. Untuk itu, dia membuat ruangan khusus yang dilengkapi dengan kamar mandi. Yang mana pintunya dirancang terbuat dari besi.

Dia menyebut, Rudy sudah berada dalam ruangan seluas 3 x 5 meter itu sejak 17 tahun yang lalu. Saat memasukkan Rudy ke dalam ruangan itu, Kamali meminta bantuan kepada kepolisian. Lantaran dia tidak berani jika melakukannya sendiri.Setiap malam, lanjut dia, Rudy kerap berteriak. Meski waktunya tidak menentu. “Ngamuknya mukul saya, bahkan kening sampai bocor,” ujarnya saat ditemui, kemarin (15/12).

Untuk makan, Kamali memberinya dua kali sehari. Dengan memberikannya lewat celah bawah jeruji besi. Sedangkan saat mandi, pakaiannya akan diletakkan di atas jeruji.Kamali memang sudah merawat Rudy sedari kecil. Sementara ayahnya meninggal saat Rudy masih berusia delapan bulan. Ibunya pun lepas tangan. Enggan merawat darah dagingnya. Justru menikah lagi dan tinggal di luar daerah. Bahkan, tidak pernah sekalipun mengunjungi anaknya.

Dengan bantuan pemerintah melalui Kementerian Sosial (Kemensos) ini, dia berharap, Rudy bisa diobati dan sembuh. “Kalau bisa, jangan sampai pulang dan belum sembuh. Harus ada tindak lanjutnya. Kalau belum sembuh, pasti ngamuk sama saya. Wong kelihatane dendam dengan saya,” bebernya.

Kepala Sentra Antasena Magelang, Kemensos Mas Kahono Agung Suhartoyo mengatakan, upaya pengobatan kepada Rudy ini dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional. Kegiatan ini sekaligus memberikan pemahaman kepada warga agar tahu dan memahami bagaimana menangani atau memperlakukan ODGJ. “Prosedur seperti apa dan harus dibawa kemana. Tentunya akan kami dampingi. Jadi, tidak serta-merta dilakukan pemasungan, tapi dibawa ke RSJ,” sambungnya. (aya/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)