Neutron Yogyakarta

Erga Anggoro, Dulang Cuan lewat Kerajinan dari Limbah Kayu  

Erga Anggoro, Dulang Cuan lewat Kerajinan dari Limbah Kayu   

MAGELANG – Pandemi Covid-19 menjadi tamparan keras seluruh sektor kehidupan. Tak terkecuali perekonomian. Banyak pelaku usaha perlahan tiarap akibat kesusahan mempertahankan eksistensinya. Tapi, berbeda dengan Erga Anggoro. Ia justru memutar otak agar bisa meraup keuntungan meskipun sedang terjadi pagebluk.

Banyak pelaku usaha yang tetap bertahan meski harus berjuang mati-matian di tengah pandemi. Bahkan ada yang memanfaatkan pandemi untuk meraup cuan. Hal itu tentu menjadi bukti bahwa pandemi tidak benar-benar meluluhlantakkan semua lini.

Seperti halnya dengan Erga Anggoro, Founder & CEO Jerawood Craft. Rumah produksinya berada di Puri Jeruk Sanden, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. Ia menjadi satu bukti bahwa usaha di tengah pandemi bukan menjadi tantangan besar. Justru, ia bisa meraup untung dengan kondisi itu.

Awalnya, Erga mengaku prihatin dengan adanya limbah kayu pabrik yang terbuang begitu saja. Terkadang hanya berakhir di tempat pembakaran. Lebih-lebih bisa dijual lagi untuk bahan bakar.

Ia yang saat itu tengah mencari kesibukan, akhirnya terlintas untuk membuat suatu kerajinan dari limbah kayu itu. Menurutnya, limbah bisa dimanfaatkan menjadi barang dengan nilai jual tinggi. Erga lantas mendirikan workshop kerajinan di rumahnya.

Tahun 2019, ia mulai melakukan riset dengan bahan baku yang ada. Sementara konsep yang diusung, produk berukuran kecil dari limbah kayu. “Lalu, Februari 2020 launching speaker bluetooth kecil dan ternyata diminati Pak Ganjar Pranowo. Tapi, Maret terjadi pandemi. Dengan kondisi itu, tiga bulan kami stop produksi,” ujarnya.

Lantaran bosan, ia kembali mengaktifkan workshop-nya. Bahkan mendapat uluran tangan dari pemerintah daerah. Dari situlah, ia perlahan beranjak naik. Kembali bersemangat setelah tiga bulan beristirahat.

Dia sempat berkecil hati, merasa kondisi pandemi tidak memungkinkan orang untuk membeli produk dengan harga Rp 400 ribu. Terlebih, speaker bluetooth bukan merupakan bahan pokok. Setelah usahanya berjalan dan dibantu promosi oleh gubernur Jateng itu, justru menjadi berkah tersendiri.

Menurutnya, pandemi yang menyuruh orang berdiam diri di rumah, membuat mereka merasa jenuh jika tidak memiliki hiburan tertentu. Speaker-nya perlahan mulai diburu banyak orang. Ia pun tidak menyangka jika speaker buatannya laku.

Produksi speaker saat itu memang belum maksimal. Namun, ia bersyukur ada orang yang berminat membelinya. “Bagi kami, sudah alhamdulillah ada yang berminat beli, sudah belasan. Kami sendiri kaget, ternyata animo mereka bagus,” bebernya.

Erga menyebut, perbedaan workshop-nya dengan yang lain terletak pada proses produksinya. “Kami mendesain produk setelah ada bahan bakunya karena menyesuaikan limbah. Kalau yang lain, bikin produk berdasarkan desain yang ada,” sambungnya.

Untuk jenis limbah kayu yang digunakan bermacam-macam. Mulai dari kayu palet, sonokeling, eboni, maple, hingga jati. Dia menyebut, kayu sonokeling pada dasarnya memang mahal dan penjualannya dibatasi, meskipun limbah. Sehingga dia juga mendapatkan limbah kayu itu dengan harga yang mahal.

Lama menggeluti produksi speaker, ia mulai tertarik untuk membuat jam tangan. Dengan pengetahuan IT yang dimiliki, ia kembali memutar otak. Alat apa yang bisa membuat produk jam tangan dan tidak banyak yang memakainya.

Kemudian, terpikirlah untuk menggunakan mesin Computer Numerically Controlled (CNC). Alat itu merupakan mesin perkakas yang dilengkapi sistem mekanik dan kontrol berbasis komputer yang mampu membaca instruksi kode N, G, F, T, dan lain-lain.

Menurutnya, ukiran-ukiran yang ada pada asbak, cangkir, atau lainnya memang bisa dibuat manual dengan tangan. Tapi, ketika memakai komputer, praktis mesin akan bekerja sesuai program yang sudah diatur. Terlebih, akan lebih efisien karena bisa melakukan pekerjaan lain dalam satu waktu.

Erga yang notabene menyukai jam tangan, akhirnya berkeinginan membuat tiruannya dengan limbah kayu. Dengan memanfaatkan mesin CNC. Mengingat bahan baku jam tangan juga kecil. “Saya suka jam tangan. Tapi, harga jam yang saya minati mahal dan belum mampu beli. Akhirnya bikin tiruannya dari kayu,” kelakarnya.

Setelah jadi, ia berpikir untuk menjualnya. Terlebih, market sell jam tangan dengan bahan baku kayu, belum terlalu banyak. Kemudian, Erga mulai menjualnya lewat marketplace dan media sosial. Tapi, lebih dimaksimalkan melalui Instagram.

Selain itu, ia juga melakukan penjualan secara langsung. Pembeli bisa memilih sendiri desain yang disukai. Tapi, kebanyakan memang membeli secara online. Mengingat pangsa pasar di Magelang belum terlalu bagus dengan harga yang ditawarkan.

Dia menambahkan, penjualan produknya belum merambah pada pasar internasional. Hanya saja, ia pernah dibantu oleh pemerintah provinsi untuk mengirimkan sampel ke Bulgaria dan Jepang. Namun, pemasarannya sudah meluas di berbagai daerah di Indonesia. Seperti Ambon, Mataram, Lombok, dan Makassar.

Selain itu, ia juga pernah mengikuti pameran kerajinan di Medan dan Makassar. “Di Medan tidak bawa banyak, hanya belasan, tapi habis. Kalau di Makassar banyak yang kecele. Kami bawa jam tangan 8 dan kacamata 12. Ada beberapa orang yang menanyakan,” akunya.

Pada gelaran Borobudur Marathon 2022 lalu, ia menjadi pelaku usaha yang beruntung bisa mengikuti pameran selama tiga hari. Dengan proses kurasi, ia berhasil lolos untuk memamerkan produknya kepada para pelari nasional.

Untuk menjual suatu produk, kata dia, memang harus disesuaikan dengan pasarannya. Menurutnya, Borobudur Marathon 2022 menjadi momentum yang baik bagi dia. Selama tiga hari pameran, ia bisa meraup omzet hingga lebih dari Rp 5 juta.

Selama ini, ia kerap mengikuti berbagai pelatihan, juga pameran dan pembinaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Magelang. Dia merasa, pembinaan itu bermanfaat bagi para pelaku UMKM.

Saat ditanya soal omzet perbulan, dia enggan menyebutnya. Karena menurutnya, omzet itu fluktuatif. Yang terpenting, nilainya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Setiap harinya dia dibantu tiga orang dan dua lainnya freelancer. Hanya akan bekerja ketika pesanan membeludak. Tapi, karena ia ingin merenovasi workshop-nya, semua karyawan diistirahatkan. Meski begitu, masih ada produk yang tersisa dan bisa dijual.

Untuk proses produksi, satu minggu biasanya menghasilkan 20 hingga 30 buah jam tangan. Dia menyebut, pembeli tidak bisa custom bentuk jamnya. Tapi, mereka bisa menambahkan nama dan logo yang diinginkan. “Bahkan ada kolektor dari Jakarta yang senang membeli jam etnik dan sudah punya enam model,” sebutnya.

Erga menuturkan, mesin jam tangan yang diproduksi berasal dari Jepang. Ketika pembeli terkendala soal mesin jam itu, ia memberikan masa garansi selama satu tahun. Menurutnya, hal itu wajar karena buatan manusia dan pasti ada cacatnya. Ia pun kerap berbelanja 100 mesin, tapi yang bisa dipakai hanya 90-an buah.

Desain jam tangan miliknya berbeda dengan yang lain. Ia terinspirasi dari Kota Magelang. Erga ingin merepresentasikan kekayaan budaya yang ada di wilayah tersebut, seperti Mantyasih. Ia juga bekerja sama dengan gerai batik di Lasem dan dijadikan sebagai motif pada jamnya.

Saat ini, dia memproduksi tiga jenis kerajinan. Seperti aksesoris fesyen, homeware, dan elektronik. Dengan berbagai macam harga. Jam tangan yang diproduksi, ada enam model dengan kisaran harga Rp 250 ribu-Rp 1 juta. Tergantung model dan motif. Sementara kacamata memiliki lebih dari 6 model dengan dibanderol mulai Rp 150 ribu.

Dia menuturkan, produk miliknya juga diminati para pejabat penting, seperti Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, hingga Wali Kota Magelang dan istri. “Kalau Pak Sandiaga pernah kami tantang untuk merakit jam tangan sampai jadi dan akhirnya dibawa pulang. Dulu beli dua buah jam, terus akhirnya pesan lagi 8 buah,” jelasnya.

Erga tak lantas puas dengan pencapaian yang diraih. Ia haus untuk terus mengembangkan produknya. Lebih-lebih bisa menjajaki pasar Eropa. Dengan begitu, produknya akan meluas dan diminati banyak orang. (laz)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)