MUNGKID – Sebanyak 500 calon biksu dari berbagai negara mengikuti Pabbajja Samanera Sementara. Selain Indonesia, mereka berasal dari Rusia, Thailand, Belgia, Australia, Malaysia, dan lain sebagainya. Jumlah tersebut bahkan memecahkan rekor MURI karena sebelumnya hanya diselenggarakan kurang dari 500 peserta.
Ketua panitia Fatmawati mengatakan, tidak mudah untuk mengumpulkan orang sebanyak itu. Mengingat ada banyak kesibukan, termasuk anak-anak sekolah. Menurutnya, kini anak-anak lebih menyukai bermain game dan ponsel ketimbang mengikuti Pabbajja Samanera Sementara. Pun dengan berbagai tantangan lain yang menjadi hambatan mereka untuk menggali bidang spiritual lebih dalam.
Dari kegiatan ini, dia ingin, anak-anak lebih meyakini adanya Buddha, Dhamma, dan Sangha. Selain itu, mereka akan belajar mengenai bakti kepada orang tua, budi pekerti, serta rasa berterima kasih kepada orang tua dan negara.Dia menyebut, peserta Pabbajja Samanera Sementara ini beragam. “Yang paling kecil berusia 10 tahun dan paling dewasa yakni 84 tahun,” ujar Fatmawati usai pradaksina, Sabtu (17/12).
Kegiatan ini diawali dengan potong rambut. Prosesi tersebut digelar pada Kamis sore (16/12) di lapangan Marga Utama, kompleks Candi Borobudur. Upacara potong rambut dilakukan sebagai tanda seseorang bertekad bulat mengucapkan Adithana. Selain itu, guna melepaskan keduniawian untuk menjalankan Dhamma dan Vinaya mengikuti jejak Sang Buddha. Bagi umat Buddha, rambut merupakan makhota, begitu juga dengan alis. “Ini suatu hal yang sulit buat seorang seperti kita, karena sebagai cowok punya makhota dilepas. Tapi, ini wujud melatih diri dan dia mau mendapatkan ketenangan batin,” jelas Ketua Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia Agus Sanjaya.
Setelah upacara pemotongan rambut, peserta Pabbajja Samanera bersama anggota Sangha juga menjalani pradaksina dan Pentahbisan Samanera pada Sabtu (17/12). Pradaksina merupakan kegiatan pemutaran candi sebanyak tiga kali untuk menghormati Buddha, Dhamma, dan Sangha. Pabbajja Samanera kali ini, kata dia, terasa istimewa karena diadakan di Candi Borobudur.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno berharap, kegiatan ini menjadi bagian dari pariwisata religi. Yang mana dapat menghidupkan kembali destinasi pariwisata super prioritas (DPSP). Sehingga bisa meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik. Dengan begitu, 1,1 juta di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dapat diciptakan.
Selain itu, pihaknya juga menggandeng Kemenag untuk memastikan seluruh kegiatan peribadahan, keagamaan, dan spiritualitas bisa meningkat. “Ini pesertanya 500, tahun depan harus lebih banyak lagi. 1.000 peserta kalau bisa,” tambahnya. Pada sore harinya, dilaksanakan meditasi dan candle light hingga malam. Kemudian, pada Minggu (18/12), para peserta melakukan prosesi Pindapatta dan pada Sabtu (24/12) dilakukan prosesi Dhutanga. (aya/pra)