Neutron Yogyakarta

Aksi Tolak UU Ciptaker Warnai Hari Buruh

Cabut dan Revisi karena Berdampak pada Kesejahteraan Pekerja
Aksi Tolak UU Ciptaker Warnai Hari Buruh
SAMPAIKAN ASPIRASI: Para mahasiswa dan perwakilan buruh Kota Magelang menggelar aksi unjuk rasa terkait dengan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja (Ciptaker) di Alun-alun Kota Magelang, kemarin (1/5).(Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Aksi damai dalam rangka menolak Undang-Undang (UU) Cipta Kerja (Ciptaker) mewarnai Hari Buruh Internasional. Aksi ini diikuti oleh ratusan mahasiswa dari Universitas Tidar (Untidar) dan perwakilan buruh di Alun-alun Kota Magelang kemarin (1/5). Yang mana menyedot perhatian pengunjung maupun pengguna jalan lain.

Para mahasiswa dengan kostum serba hitam ini mulai menggelar aksi sekitar pukul 12.30. Mereka memadati kawasan alun-alun bagian timur, tepatnya di depan ikon Magelang. Kegiatan ini juga diwarnai dengan aksi teatrikal oleh perwakilan mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta). Yang berisikan dampak UU Ciptaker terhadap sektor pertanian.

Koordinator aksi Muhammad Wildan Afif menjelaskan, pengesahan RUU Ciptaker menjadi UU oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI tentu menimbulkan polemik di sejumlah kalangan. “Termasuk berdampak pada kesejahteraan para buruh,” tegasnya kemarin.

Meski diwarnai dengan gerimis, mereka masih menggelar aksi damai hingga pukul 16.00. “Jadi, kami manfaatkan momen hari buruh ini untuk mengangkat isu itu lagi,” terangnya.

Adapun tuntutan yang disampaikan, yakni mendesak pemerintah untuk mencabut UU Ciptaker Nomor 6 Tahun 2023 dan membehani UU Ciptaker Nomor 11 Tahun 2020. Kemudian, mendukung putusan MK inkonstitusional bersyarat terkait UU Ciptaker, mendukung upaya pengujian UU Ciptaker, dan melibatkan rakyat secara bermakna dalam pembuatan UU.

Wildan menyebut, aksi damai ini memang difokuskan di Alun-Alun Magelang. Lantaran dia melihat alun-alun sebagai titik keramaian masyarakat. Sehingga dengan adanya aksi tersebut, dapat memberi edukasi kepada masyarakat terkait dengan ketidakadilan yang dialami para buruh. Selain itu, mereka hanya melakukan orasi dan aksi teatrikal, tidak ada longmarch.

Sementara itu, Kapolres Magelang Kota AKBP Yolanda Evalyn Sebayang mengaku, tidak ada kesulitan soal pengamanan selama aksi berlangsung. Lantaran pihaknya juga menerjunkan lebih dari 30 personel kepolisian untuk berjaga-jaga. “Semua rekan mahasiswa kooperatif dan tidak ada gejolak yang mengkhawatirkan,” urainya.

Yolanda juga tidak merasa keberatan dengan adanya aksi tersebut. Menurutnya, hal itu sebagai bentuk ekspresi dari para mahasiswa. Meski ada beberapa poster yang berisi kritik untuk pemerintah. Namun, selama aksi kondusif, tidak ada masalah yang berarti. (aya/bah/sat)

Lainnya