Neutron Yogyakarta

Jembatan Gantung Bakal Diganti Permanen

Jembatan Gantung Bakal Diganti Permanen
MEMPRIHATINKAN: Kondisi jembatan gantung yang menghubungkan Ngembik Lor, Kramat Utara, Kota Magelang dengan Rejosari, Bandongan, Kabupaten Magelang.(Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Jembatan gantung penghubung antara Ngembik Lor, Kota Magelang dengan Rejosari, Kabupaten Magelang memprihatinkan. Jembatan ini memiliki panjang sekitar 100 meter dengan lebar kurang dari dua meter.

Konstruksi jembatan tersebut hanya mengandalkan alas berupa bambu dan ditopang dengan pipa besi serta kayu. Para pengendara harus berhati-hati saat melintas karena di bawah jembatan merupakan Sungai Progo. Terlebih, tali seling jembatan itu pernah putus karena tidak kuat menahan beban kendaraan.
Karena kondisi itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) akan segera membangun jembatan permanen pada 2024 mendatang. Dengan menelan biaya kurang lebih Rp 48 miliar.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menuturkan, pemprov akan membangun konstruksi bawah dan pemerintah pusat membangun konstruksi atas. Sedangkan pemerintah daerah bertanggung jawab pada pembebasan lahan. “(Anggarannya, Red) Rp 48 miliar. Jadi, ini (pembangunan, Red) ada kontribusi dari pemkot dan pemkab,” ujarnya di sela meninjau kondisi jembatan kemarin (8/5).

Menurutnya, pembangunan jembatan ini mendesak untuk dilakukan dan akan sangat bermanfaat bagi masyarakat. Karena dengan adanya jembatan permanen, transportasi akan semakin lancar. Mengingat selama ini hanya bisa dilalui roda dua saja. Untuk berpapasan pun, akan membahayakan. Selain itu, harapannya perputaran roda perekonomian masyarakat pun meningkat.

Dia menyebut, jembatan ini nantinya bakal dibangun dengan panjang 100 meter dan lebar tujuh meter. Dengan begitu, tidak hanya dilalui kendaraan roda dua, tapi juga roda empat. “Sebelah sana (wilayah Bandongan, Red) akan ada Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Regional dari Pemprov. Sehingga ini (jembatan, Red) akan menjadi jalur yang akhirnya cukup padat,” kata dia.

Dulunya, jembatan itu hanya berupa sesek atau anyaman bambu yang dibentangkan melewati Sungai Progo. Tapi akhirnya putus karena tidak kuat menopang beban kendaraan. Lantas, jembatan itu diganti dengan alas bambu yang sekarang masih berfungsi. Ganjar juga mengapresiasi partisipasi masyarakat yang telah bahu-membahu membuat jembatan tersebut.

Kepala Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah AR Hanung Triyono mengaku, telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait dengan pembebasan lahan yang rampung tahun ini. “Nanti ada bantuan rangka dari Kementerian PUPR,” sebutnya.

Untuk detail engineering design (DED), kata dia, sudah ada. Pihaknya juga harus masih harus menyiapkan pengukuran ulang, menyiapkan anggaran, dan pembangunan yang rencananya dimulai pada 2024 mendatang. “(Rangkanya, Red) tipe B. Susunannya 0,5 meter, 6 meter, dan 0,5 meter. Nanti ada trotoar kecil,” sebutnya.

Sementara itu, Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz mengutarakan, pembebasan lahan di Kota Magelang menelan anggaran sebanyak Rp 15 miliar. Harapannya, dengan pembangunan jembatan permanen di lokasi tersebut, arus kendaraan dari kota maupun kabupaten akan lancar. “Kalau kemarin hanya bisa roda dua, nanti bisa roda empat. Otomatis ekonominya akan berkembang,” ungkapnya.

Bupati Magelang Zaenal Arifin memaparkan, pembangunan jembatan gantung ini tentu membawa angin segar bagi masyarakat kota maupun kabupaten. Mereka bisa mendapat fasilitas yang lebih baik. Terlebih, banyak masyarakat yang kerap berlalu-lalang melewati jembatan itu. “Harapannya tentu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” tandasnya. (aya/eno/sat)

Lainnya