Neutron Yogyakarta

Lima Belas Desa Berpotensi Alami Kekeringan

Lima Belas Desa Berpotensi Alami Kekeringan
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono.(NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA)

RADAR MAGELANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang mengimbau masyarakat waspada terhadap perubahan iklim atau fenomena alam El Nino. Sebanyak 15 desa di tujuh kecamatan diperkirakan berpotensi mengalami kekeringan. Yakni Kecamatan Pakis, Ngablak, Srumbung, Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, dan Grabag.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edi Wasono mengatakan, tahun ini, daerah potensi tersebut berkurang dibanding tahun lalu yang berjumlah 30 desa. Penurunan disebabkan adanya embung dan program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (pamsimas). Yang mana telah menjadi satu program andalan nasional untuk meningkatkan akses penduduk desa terhadap fasilitas air minum dan sanitasi layak.

Dia menyebut, BPBD terus menyiagakan sumber daya manusia (SDM), pendanaan, dan infrastruktur sebagai upaya menghadapi kekeringan. “Sumber mata air sudah kami persiapkan di Ngrajek, Mungkid. Insyaallah bisa memenuhi kebutuhan (bagi daerah yang mengalami kekeringan),” ujarnya saat ditemui di TEA Tanjung, Muntilan, Selasa (6/6).

Selain itu, kata dia, BPBD juga mengantisipasi adanya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Magelang dengan mempersiapkan seluruh peralatannya. Potensi terjadinya karhutla ada di wilayah Pakis. Karhutla ini kerap terjadi akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Juga kebiasaan masyarakat yang membuang puntung rokok di sembarang tempat.

Sementara untuk wilayah Merapi, lanjut Edi, yang perlu diantisipasi adalah ketika terjadi lontaran material dari Gunung Merapi. Lantaran hal itu dapat mengakibatkan karhutla. Antisipasinya, BPBD dan sejumlah relawan akan membuat lubang khusus secara manual karena peralatannya dinilai masih minim.

Edi menambahkan, BPBD juga terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat lereng Gunung Merapi terkait dampak El Nino yang berkepanjangan. Karena dikhawatirkan terjadi awan panas guguran (APG). Mengingat luncurannya dapat membawa debu vulkanik dan berakibat buruk bagi para petani, peternak, dan masyarakat setempat.

Dia menyebut, Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi El Nino mulai muncul pada Juni hingga November mendatang. Tapi, puncaknya terjadi pada Agustus. Meski musim kemarau sudah tersebar di banyak daerah Indonesia. “Sampai sekarang, belum (terjadi kekeringan). Tapi, kemarin ada masukan untuk mengantisipasi di pondok pesantren (ponpes),” sebutnya.

BPBD akan menggandeng sejumlah pihak untuk mengantisipasi fenomena tersebut. Termasuk organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, komunitas masyarakat peduli api (MPA), relawan, dan lainnya. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Bappeda dan Litbangda Kabupaten Magelang agar program pamsimas masuk. “Mulai dari ponpes dan dusun yang berpotensi kekeringan,” imbuhnya. (aya/pra/sat)

Lainnya