Neutron Yogyakarta

Gading Kamandanu, Fotografer Sekaligus MUA Tepis Profesi Merias Hanya untuk Perempuan

Gading Kamandanu, Fotografer Sekaligus MUA Tepis Profesi Merias Hanya untuk Perempuan
TERAMPIL: Sudah 10 tahun Gading menggeluti dunia make up. Meski dia seorang laki-laki, tapi kemampuannya tak diragukan lagi. Bahkan, ia kerap merias para pejabat hingga penyanyi seperti Vicky Shu.

RADAR MAGELANG – Profesi make up artist (MUA) kini tak hanya dilakoni oleh seorang perempuan saja. Profesi yang dahulu tabu bagi laki-laki karena terkesan feminim, berangsur hilang. Seperti yang dilakoni Gading Kamandanu, 38. Seperti apa kiprahnya?

NAILA NIHAYAH, Magelang

Gading adalah satu dari sekian banyak laki-laki yang memiliki ketertarikan pada dunia make up. Semula, dia tidak ada niat untuk menjadi seorang MUA. Mengingat pekerjaannya sebagai penyiar, tapi juga digembleng menjadi seorang master of ceremony (MC).

Tak hanya itu, Gading kerap menjalani peran sebagai seorang fotografer. Ketiga profesi itu ia lakoni dengan suka cita. “Mulai tertarik ke make up itu gara-gara pas motret, ada model yang di-make up-i MUA tapi nggak sesuai dengan keinginanku,” ujar dia saat ditemui, Selasa (6/6/2023).

Baca Juga: Gelar Buka Bersama, LT Pro Kuatkan Silaturahmi MUA Jogjakarta

Akhirnya tercetus untuk belajar merias dan ambil kelas privat di Jakarta. Apalagi di sana, kata dia, banyak laki-laki yang menjadi MUA. Sehingga keinginannya semakin besar untuk belajar make up. Ia juga berusaha menepis anggapan bahwa make up hanya untuk perempuan saja.

Ia pun mulai serius menekuni dunia make up sejak 2013. Dari yang awalnya kerap melihat orang merias wajah, kini ia mulai andal memainkan blush on, alis, dan lain sebagainya. Yang kemudian diaplikasikan ke wajah seseorang.
Kini setelah sekitar 10 tahun menjalani profesi MUA, Gading melihat sendiri bagaimana industri kecantikan berkembang. Banyak brand make up baru bermunculan. Kualitas produk dalam negeri juga semakin berani bersaing di pasar internasional.

Begitu pula dengan peluang jasa MUA yang terus berkembang. Banyak MUA baru muncul dengan talenta dan ciri khas masing-masing. Menurut dia, banyak teknik make up dan tren riasan wajah yang sebenarnya secara spontan diciptakan sendiri oleh para MUA demi memenuhi kebutuhan klien. “Sekarang yang lagi tren flawless,” bebernya.

Baca Juga: Gandeng MUA, Akhwat Muhaimin Indonesia Gelar Beauty Class

Bahkan, ia pernah mendapat klien dari luar Jawa, seperti Batam dan Bali. Dia pun kerap mendapat klien para pejabat, mulai dari istri Wali Kota Magelang, Kapolres Magelang Kota, anggota legislatif, bahkan penyanyi Vicky Shu dan artis Nafa Urbach. “Semua berkesan. Ada cerita di baliknya untuk make up para klien,” lontarnya.
Bicara soal peran laki-laki di industri kecantikan, Gading mengaku bangga menjadi MUA. Menurutnya, tidak ada eksklusivitas dalam profesi ini. Tidak hanya perempuan, laki-laki seperti dirinya pun bisa menjadi MUA profesional. Jasa MUA oleh para laki-laki sebenarnya sudah ada sejak lama.

Saat ini, dia dibantu oleh enam orang yang memiliki peran masing-masing. Namun, dia memang fokus sebagai perias dan fotografer. Sisanya akan dipegang oleh anggota timnya. “Ada bulan-bulan dimana orderan sensitif. Kadang sehari bisa double job. Paling nggak sebulan ada 14 klien,” sebutnya.
Gading juga mengungkapkan, hasil pulasan make up oleh para laki-laki bahkan tidak kalah oke ketimbang MUA perempuan pada umumnya. Banyak pula MUA laki-laki di Indonesia yang telah sukses membuktikan kemampuannya dan berprestasi di kancah international.

Meski sempat tidak percaya diri terjun di dunia make up, tapi Gading tak menyerah begitu saja. Terlebih, kedua orang tuanya memberikan dukungan sepenuhnya. Kedua orang tua Gading pun berpesan agar dia bisa menunjukkan kemampuannya dan bisa berprestasi. Agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain.

Baca Juga: Paragon Beauty Academy, Membentuk Profesional MUA

Teman-temannya pun ikut mendukung Gading. Mengingat sekarang banyak MUA dari kalangan laki-laki. “Awalnya memang nggak percaya diri, takut terhadap penilaian mereka. Tapi, ternyata bisa diterima oleh masyarakat. Asal kita pandai membawa diri dan tidak bersikap menggoda,” jelas laki-laki kelahiran 5 September 1984 tersebut.

Selama 10 tahun menggeluti dunia make up, banyak sekali tantangan dan kendala yang dihadapi. Termasuk menemui klien tidak jujur perihal acara yang digelar.
Untuk harga, kata dia, dibanderol dengan harga mulai Rp 8 juta. Tergantung jumlah yang akan di-make up dan kualitas make up yang diinginkan. Dia mengaku, sempat down ketika banyak pegawainya yang membuka jasa rias sendiri. Namun, dia hanya menganggapnya angin lalu dan tidak terlalu larut memikirkan hal itu. Yang terpenting, kata dia, masih bisa menjalankan usahanya dengan baik. (bah)

Lainnya

Exit mobile version