Neutron Yogyakarta

Isrti Suka Marah-Marah dan Ngamukan, Pilih Hidup di Gubuk Reyot

Isrti Suka Marah-Marah dan Ngamukan, Pilih Hidup di Gubuk Reyot
HIDUP TAK LAYAK : Sarjum, 53, warga Desa Totogan, Kecamatan Karangsambung hidup di sebuah gubuk reot yang terbuat dari barang bekas. (M Hafied/Radar Kebumen)

RADAR MAGELANG – Potret kemiskinan terlihat dalam kehidupan Sarjum, 53, warga Desa Totogan, Kecamatan Karangsambung. Ditengah himpitan ekonomi, dia terpaksa tinggal di sebuah gubuk reyot tak layak huni. Kisah memilukan itu dia lakoni hampir empat tahun belakangan.

Sarjum tinggal di gubuk dengan kondisi sangat memprihatinkan. Dengan lantai beralaskan tanah dan dinding terbuat dari sisa barang bekas. Tak jarang keluarganya sulit tidur nyenyak karena merasakan dinginnya angin malam. Belum lagi ketika datang musim penghujan, dia selalu dihantui rasa was-was karena atap gubuknya rentan bocor.

Tinggal di gubuk reot adalah pilihan terakhir Sarjum. Dia kini tinggal dalam satu gubuk bersama dua orang anaknya. Masing-masing masih duduk di bangku kelas 4 dan kelas 1 sekolah dasar. Dalam keseharian, Sarjum sendiri bekerja sebagai buruh serabutan. Segala tawaran kerja dia terima, demi menghidupi keluarganya.

Dia memilih jalan memilukan itu bukan tanpa alasan. Sebenarnya, Sarjum memiliki rumah yang terbilang masih cukup layak. Namun rumah tersebut kini ditinggali istrinya Sutini, 38, yang diketahui mengalami gangguan jiwa. “Sekarang suka marah dan ngamuk-ngamuk, saya buat gubuk untuk tinggal bersama anak saya,”ucapnya, Kamis (15/6).

Dia bercerita, dia mempersunting istrinya sudah dalam kondisi kurang sehat kondisi jiwanya. Semua itu dipilih dengan harapan pascapernikahan, istrinya bisa pulih kembali. Namun kini yang diharapkan berbeda terbalik, kondisi kejiwaan istrinya justru semakin parah. “Istri memang sudah sakit dulunya, tapi saya pikir dengan menikah nanti bisa sembuh. Tapi ternyata tidak,” terangnya.

Selama ini Sarjum hanya mendapat bantuan dari pemerintah berupa BLT-DD. Dia tidak mendapat bantuan lain seperti PKH maupun RTLH, karena Sarjum belum masuk DTKS, karena awalnya nikah siri dan bukan merupakan warga setempat.

Melihat kondisi itu, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto langsung mendatangi gubuk reot milik Sarjum. Kedatangan bupati setelah mendapat laporan dari petugas sensus BPS. “Kita langsung cek ke lokasi untuk mengetahui kondisi di lapangan seperti apa. Dan memang memprihatinkan,” kata Arif.

Dia pun meminta segera ada penanganan cepat. Di antaranya menawarkan sekolah sekaligus masuk pesantren secara gratis. Terkait kondisi istri Sarjum, dia meminta segera dilakukan penanganan medis. “Tadi kita tawarkan agar anak di sekolahkan di pondok, agar dia tahu dunia luar dan punya banyak teman. Karena kalau kelamaan di sini takutnya nanti kejiwaanya juga terpengaruh,” ujarnya. (pra)

Lainnya