Neutron Yogyakarta

Rintangan Zig-Zag dan Angka Delapan Akan Dihapus

Rintangan Zig-Zag dan Angka Delapan Akan Dihapus
UJI COBA: Suasana uji coba praktik uji SIM dengan konsep baru tanpa rintangan zig-zag dan angka delapan di Polres Bantul kemarin (26/6). IWAN NURWANTO/RADAR JOGJA

BANTUL – Rintangan angka delapan dan jalan zig-zag pada praktik uji SIM bakal dihapus oleh jajaran Polres Bantul. Kepolisian setempat telah melakukan uji coba jalur baru kemarin (26/6). Serta konsepnya pun telah diajukan ke pimpinan polisi di daerah hingga pusat.

Wakapolda DIJ Brigjen Pol R Slamet Santoso mengatakan, adanya konsep baru ujian praktik SIM untuk kendaraan roda dua itu merupakan inisiatif dari Polres Bantul. Kebijakan tersebut muncul karena banyaknya kasus kecelakaan di wilayah Bumi Projotamansari yang disebabkan oleh kesalahan manusia.

Dia membeberkan, bahwa hasil anev kecelakaan Polres Bantul kejadian kecelakaan paling banyak terjadi pada kendaraan roda dua. Dan hampir 51 persen disebabkan oleh faktor kelalaian manusia. Baik segi kurangnya kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge), maupun sikap (attitude) pengendaranya.

Sehingga dalam konsep baru tersebut, Slamet memastikan, akan ada materi uji yang meliputi keseimbangan, perilaku, reaksi, serta keterampilan lainnya. Meskipun demikian, perwira dengan bintang satu di pundak itu menampik kalau praktik uji SIM tanpa rintangan zig-zag dan angka delapan akan lebih mudah.

“Dalam konsep ini kami sudah melakukan diskusi dengan para ahli, nanti akan kami kembangkan di tingkat polda, dan dari Bantul bisa kami sampaikan ke tingkat mabes, mungkin ada perbaikan lebih lanjut untuk sempurnanya konsep kita. Harapannya bisa diberlakukan secara nasional,” ujar Slamet di sela peninjauan di Polres Bantul kemarin.

Turut hadir dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM Pangesti Wiedarti. Dia mengaku, pihaknya bersama kepolisian akan menyusun panduan konsep baru praktik uji SIM tersebut. Ia pun menyampaikan kalau praktik uji bagi pengendara yang memiliki materi sikap, perilaku, memperhatikan keselamatan diri, dan keselamatan orang lain sudah diterapkan di negara-negara maju.

Kemudian kondisi di Jogjakarta sendiri, lanjut Pangesti, juga banyak dari mahasiswa dari luar daerah yang kurang tertib ketika berkendara di jalan raya. Terlebih ketika membeli kendaraan sepeda motor maupun mobil, masyarakat juga tidak diberikan panduan untuk menjadi pengguna jalan yang baik. “Harapannya dari Bantul (konsep baru uji praktik SIM, Red) bisa diterapkan secara nasional,” pungkas Pangesti. (inu/eno)

Lainnya

Exit mobile version