Neutron Yogyakarta

Pamerkan Ratusan Batik Karya Disabilitas

Pamerkan Ratusan Batik Karya Disabilitas
KREATIF: Karya-karya batik milik disabilitas Kota Magelang ditampilkan di Pendopo Pengabdian, kompleks Rumjab Wali Kota Magelang, Senin (3/7). Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Ratusan batik karya penyandang disabilitas Kota Magelang dipamerkan di Pendopo Pengabdian, kompleks Rumjab Wali Kota Magelang, kemarin (3/7). Batik tersebut merupakan hasil kreatifitas mereka dengan karakter yang berbeda-beda. Hal itu menunjukkan bahwa mereka bisa menghasilkan uang dengan keistimewaan yang dimiliki.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Magelang Wawan Setiadi mengatakan, para disabilitas ini sebelumnya mendapat pelatihan pembuatan batik. Program tersebut selaras dengan amanat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang disabilitas. Bahwa tidak ada satu orang pun yang tertinggal dalam rangka kegiatan pembangunan.

Ratusan batik itu dihimpun dari 25 penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan selama satu bulan. Sebagai bagian dari capacity building. “Sebenarnya disabilitas itu karena tidak ada akses. Tapi, kalau ada akses untuk berkarya, berseni, berbudaya, dan bersosial, itu namanya inklusi, semua terlibat. Kami arahnya ke sana,” terangnya.

Wawan mengatakan, pelatihan membatik ini dipikih karena ternyata hampir semua ragam keterbatasan bisa melakukannya, kecuali tuna netra. Sehingga Pemerintah Kota (Pemkot) hadir untuk memfasilitasi dan memberikan ruang agar mereka berkarya. Hasil karyanya pun, dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang.

Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz mengapresiasi semangat para penyandang disabilitas untuk berkreasi. “Kekurangan itu jangan menyebabkan semangat untuk berinovasi dan berkreasi mati. Alhamdulillah, mereka sedikit demi sedikit bisa mandiri dengan adanya program pelatihan ini,” bebernya.

Dia menilai, hasil karya para disabilitas ini cenderung bagus. Mereka ini, kata dia, sudah memiliki bakat sehingga bisa belajar dengan cepat. Pemkot pun bakal terus memfasilitasi mereka agar lebih berdaya. Pemasarannya juga akan dibantu. Harapannya, mereka bisa hidup lebih baik dengan keterbatasan yang dimiliki.

Sementara itu, Ketua Komunitas Difabel Kota Magelang Ariyani menyebut, ada sekitar 400 penyandang disabilitas dengan berbagai keterbatasan di Kota Magelang. Hanya saja, saat ada kegiatan. bagi mereka yang mengenakan kursi roda, tidak ada yang mengantar. “Susahnya di transport,” sebutnya.

Direktur Utama Perumda BPR Bank Magelang Hery Nurjianto melihat, motif-motif yang dibuat oleh mereka, di luar ekspektasinya. Dia tidak menampik, kualitas batik buatan mereka, bagus. “Karena dari motif dan pewarnaannya seperti batik yang kelasnya sudah tinggi di toko dan harganya mahal,” sebutnya.

Dengan kualitas yang dirasa bagus itu, lanjut dia, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bisa berpotensi melirik batiknya sebagai seragam. Hanya saja, yang perlu diperhatikan adalah soal warna agar tidak berbeda-beda. (aya/bah)

Lainnya