RADAR MAGELANG – Akses air minum layak di Kota Magelang sudah mencapai 100 persen. Bahkan, perilaku buang air besar sembarangan (BABS) sudah nol persen pada 2022. Namun, Pemerintah Kota (Pemkot) Magelang masih memiliki pekerjaan rumah (PR) untuk percepatan menuju akses air minum aman.
Debuti Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas Ervan Maksum mengungkapkan, akses air minum layak di Kota Magelang sudah mencapai 100 persen. Sehingga diperlukan percepatan untuk menuju akses air minum aman. “Tinggal ditingkatkan saja sehingga menjadi akses air minum aman,” katanya di Pendopo Pengabdian, kompleks Rumjab Wali Kota Magelang, Jumat (7/7/23).
Akses sanitasi aman merupakan fasilitas sanitasi yang dimiliki rumah tangga dan terhubung dengan septinc tank. Akses sanitasi kategori aman pada umumnya disedot rutin pada jangka waktu tertentu dan dibuang ke instalasi pengolah tinja (IPLT).
Baca Juga: Temui Akses Air Minum dan Sanitasi Tak Layak
Akses perpipaan air minum di kota ini juga sudah tinggi sehingga dapat dan harus ditingkatkan menjadi akses aman. Kemudian ketersediaan infrastruktur (IPALD/IPLT) yang cukup untuk mendukung pencapaian akses aman. IPLT mulai dijalankan dan dipromosikan menggunakan jalur masyarakat, yakni Forum Tembang Tidar (FTT).
Di sisi lain, angka Non Revenue Water (NRW) masih tinggi. Pada 2021, angkanya mencapai 60,85 persen, tapi pada 2022 turun menjadi 54 persen. Sehingga perlu komitmen untuk penurunan NRW dan peningkatan Efisiensi Energi (EE).
Kota Magelang ini, lanjut dia, perlu untuk memulai pengembangan integrasi layanan air minum dan sanitasi aman melalui penerapan zona-zona yang akan mendapatkan layanan air minum aman. “Seperti Zona Air Minum Prima dan layanan sanitasi aman ataupun terkoneksi dengan IPALD-T,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Magelang MS Kurniawan mengatakan, pada 2022, sanitasi Kota Magelang mencapai 98,68 persen untuk akses layak dari target nasional 2024 di angka 90 persen. Sedangkan akses aman masih di angka 13,24 persen dari target nasional 2024 sebesar 15 persen.
Baca Juga: Dubes Australia Kunjungi Mudal, Pantau Program Hibah Air Minum dan Sanitasi
Selain itu, Kota Magelang sudah memiliki Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpadu (SPALD-T) sebanyak 40 unit dengan kapasitas 50 sampai 100 KK. Untuk SPALD-S berjumlah 280 unit dengan kapasitas 5 sampai 10 KK. “Memang kondisinya berada di gang-gang sempit karena keterbatasan lahan,” ujarnya.
Dia menyebut, ada beberapa permasalahan soal sanitasi di Kota Magelang. Antara lain masih terdapat layanan akses sanitasi yang belum layak. Targetnya, pada 2024, pemkot bakal mencapai 100 persen akses sanitasi layak karena masih kurang 1.200 KK.
Selain itu, masih tingginya persentase masyarakat yang telah memiliki tangki septic tank, namun belum aman. Karena mereka belum melakukan pengurasan secara periodik maksimal tiga tahun. Kemudian, pengelolaan IPAL belum maksimal. Lantaran masih ada rumah yang belum melakukan sambungan ke IPAL terdekat.
Baca Juga: Bendung Sungai Oya untuk Irigasi dan Air Minum
Strateginya, pemkot gencar melakukan sosialisasi terkait dengan air limbah domestik kepada masyarakat. Lalu, meningkatkan pelayanan penyedotan lumpur tinja pada jamban individu dan fasilitas bersama. “Kami bermasalah terkait dengan kawasan kumuh yang aksesnya tidak bisa dimasuki kendaraan roda empat,” bebernya.
Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz menuturkan, pemkot saat ini telah melibatkan lebih banyak pihak untuk menjalankan berbagai strategi dan inovasi. Contohnya, menggandeng Bank Magelang untuk mendukung program penyedotan lumpur tinja. “Masih banyak sanitasi yang bermasalah, maka di sini kita berdiskusi agar capaian 100 persen akses air bersih dan sanitasi aman bisa berwujud,” sebutnya. (aya/bah)