Neutron Yogyakarta

Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi dengan Digitalisasi Pariwisata

Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi dengan Digitalisasi Pariwisata
TRANSAKSI: Penggunaan QRIS kini mulai dioptimalkan. Termasuk kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).(Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Bank Indonesia (BI) terus mengakselerasi terkait penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Hal itu selaras dengan tren digitalisasi yang mulai merebak di masyarakat. Tahun ini, BI menargetkan sebanyak 45 juta pengguna QRIS dengan total transaksi Rp 1 miliar. Hingga kini, total penggunanya mencapai 36 juta orang dan 26 juta merchant atau pemilik usaha.

Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia Doni P Joewono mengatakan, ada tiga kategori yang belum digitalisasi. Antara lain bantuan sosial (bansos), transportasi, dan elektronifikasi transaksi pemerintah daerah (ETPD). “Kalau biasanya digital itu pengeluaran, sekarang penerimaan juga harus didigitalkan,” paparnya di Taman Lumbini, kompleks Candi Borobudur, Jumat sore (7/7).

Penggunaan QRIS ini, kata dia, dinilai simpel karena hanya membutuhkan barcode. Khusus untuk wisatawan asing yang datang ke Indonesia, bisa melakukan transaksi cross border atau lintas batas pada QRIS. Hal itu sudah dilakukan oleh wisatawan asal Thailand dan Malaysia yang berbelanja di Borobudur maupun Bali.

Baca Juga: Gokil! Transaksi QRIS BRI Meroket pada Periode Libur Lebaran 2023

Di satu sisi, BI memiliki empat strategi untuk meningkatkan sektor pariwisata. Seperti sinergi kebijakan, promosi dan investasi, pemberdayaan UMKM pendukung, serta digitalisasi sistem pembayaran. Apalagi kini terjadi perubahan tren pariwisata pasca pandemi menjadi quality tourism.
Hal itu membuat wisatawan cenderung memilih wisata yang bersifat berkelanjutan, menghindari keramaian, serta menekankan pada aspek budaya dan komunitas lokal. Berdasarkan hasil asesmen BI, salah satu destinasi wisata dengan penerapan quality tourism tertinggi adalah Taman Wisata Candi Borobudur.

Digitalisasi tersebut dapat meningkatkan wisatawan domestik dan internasional. Juga meningkatkan perekonomian UMKM dan sektor pendukung pariwisata. Upaya itu juga harus diimbangi dengan peningkatan literasi dan edukasi sistem pembayaran digital untuk meningkatkan perlindungan konsumen.

Tidak hanya di Candi Borobudur saja, lanjut Roni, semua destinasi wisata di Indonesia memanfaatkan QRIS. Termasuk desa wisata. “Harapan saya, wisata-wisata besar tidak terlewat (menggunakan QRIS). Selain itu, UMKM juga perlu menggunakan QRIS. Karena target kami, transaksi tahun ini Rp 1 miliar,” sebutnya.

Baca Juga: Penggunaan Kanal QRIS Dimaksimalkan Tahun Ini

Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menyebut, upaya digitalisasi sektor pariwisata di Jawa Tengah telah dilakukan dengan mendorong pengguna dan volume transaksi QRIS. Bahkan, pada Mei 2023, merchant QRIS yang didominasi UMKM sebanyak 2,61 juta atau 98 persen dari total merchant di Jawa Tengah.

Selain itu, pariwisata menyumbang porsi 4,32 persen untuk perekonomian Jawa Tengah yang tercatat tumbuh 5,04 persen pada kuartal pertama 2023. “Tahun ini, kami ditarget 2,3 juta pengguna QRIS baru di Jawa Tengah. Sampai saat ini, kami sudah mencapai 931 ribu pengguna baru,” jelas Rahmat.

Dia menyebut, BI juga menargetkan total transaksi 77 juta kali. Saat ini, Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah sudah mencapai target 38,3 juta kali transaksi. Pihaknya juga bekerja sama dengan perusahaan teknologi dan lembaga keuangan untuk memperluas jaringan pembayaran digital di destinasi wisata. Termasuk sosialisasi kepada pelaku UMKM dan masyarakat.
Dikatakan, digitalisasi sektor pariwisata juga didorong dengan promosi destinasi pariwisata melalui aplikasi Jejak Wisata Sejarah (Jasirah). Aplikasi tersebut sudah diluncurkan oleh Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Tengah. (aya/bah)

Lainnya

Exit mobile version