Neutron Yogyakarta

Ada Sebelas Siswa dan Empat Penyuluh Penghayat Kepercayaan

Ada Sebelas Siswa dan Empat Penyuluh Penghayat Kepercayaan
DISKUSI: MLKI Kabupaten Magelang menggelar forum group discussion (FGD) tentang penguatan kapasitas dan perannya dalam mendukung program kerja Pemkab Magelang.Prabu untuk Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Hingga saat ini, jumlah siswa pemeluk Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum diidentifikasi seluruhnya. Namun, sudah ada 11 siswa yang teridentifikasi masuk ke sekolah-sekolah di Sawangan dan Kaliangkrik. Selain itu, ada empat penyuluh Penghayat Kepercayaan yang sudah mengantongi sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Sekretaris Majelis Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Dewan Musyawarah Daerah (DMD) Kabupaten Magelang Agung Nugroho mengatakan, empat penyuluh itu, termasuk dirinya siap mengampu pendidikan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa di satuan pendidikan.

Dia menyebut, sebetulnya pada 2007, ada 74 siswa Penghayat Kepercayaan yang mengikuti pendidikan di sanggar-sanggar. Mereka tersebar di 24 SD maupun SMP di enam kecamatan, yakni Pakis, Sawangan, Dukun, Borobudur, Kaliangkrik, dan Windusari.

Hanya saja, saat itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang belum memberikan fasilitas pendidikan Penghayat Kepercayan. “Ada banyak hal yang belum ter-update padahal regulasi sudah ada sejak 2016. Yakni Permendikbud Nomor 27 Tahun 2016,” ujarnya kepada Radar Jogja, Sabtu (8/7/23).

Baca Juga: MLKI Kontributor Pelestarian Kebudayaan

Setelah melalui advokasi pada 2021, pendidikan untuk Penghayat Kepercayaan mulai difasilitasi. Namun, sejak Januari 2022 hingga tahun ajaran 2023/2024 ini, pelaksanaan kegiatan belum terlaksana dengan baik dan kurang termonitoring.

Namun, kehadiran MLKI di Kabupaten Magelang sejauh ini belum cukup memberikan kontribusi maksimal. Di sisi lain, masih perlu kesamaan persepsi dan gerak antara MLKI dengan pemerintahan daerah guna menyingkronkan program dalam tata kelola organisasi.

Padahal, MLKI memiliki peran sebagai fasilitator dan monitoring pelaksanaan kegiatan. “MLKI mengajak OPD terkait dan lembaga pendidikan bersama-sama melakukan evaluasi dan monitoring sesuai dengan regulasi yang ada,” jelas Begawan Prabu, sapaan akrabnya.

Prabu menambahkan, ke depan, MLKI bakal melakukan pemetaan satuan pendidikan mana saja yang terdapat siswa pemeluk Penghayat Kepercayaan. Termasuk melakukan inventarisasi kendala dan fasilitas layanan pendidikan Penghayat Kepercayaan.

Setelah itu, melakukan inventarisasi kebutuhan dari pihak sekolah. Seperti keberadaan buku ajar, sarana dan prasarana penunjang pendidikan, serta tenaga penyuluh Penghayat Kepercayaan. “Karena memang belum ada tenaga pengajar atau guru,” sebutnya.

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang Manteb menyambut baik upaya yang dilakukan oleh MLKI. Termasuk melakukan pendataan siswa penganut Penghayat Kepercayaan. Karena sampai saat ini belum ada data pasti. “Kami juga akan membuat pakta integritas terkait implementasi Permendikbud Nomor 27 Tahun 2016 di Kabupaten Magelang,” ujarnya. (aya/pra)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)