Neutron Yogyakarta

Kepsek Diminta Lebih Inovatif dalam Pembentukan Karakter Pendidikan

Kepsek Diminta Lebih Inovatif dalam Pembentukan Karakter Pendidikan
DIALOG: Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz mengundang seluruh kepala sekolah tingkat SD maupun SMP se-Kota Magelang di Pendopo Pengabdian, kompleks Rumjab Wali Kota Magelang Senin (10/7/23).Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Kepala sekolah (kepsek), baik tingkat SD maupun SMP harus lebih inovatif, tidak monoton, dan terus melakukan perubahan. Termasuk pembentukan karakter pendidikan. Sehingga para siswa memiliki karakter yang baik. Sebab, seluruh sekolah kini mulai berlomba-lomba untuk mendapatkan siswa baru dengan inovasi yang ditawarkan.

Untuk itu, Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz mengingatkan kepada kepsek se-Kota Magelang agar turut andil dalam membangun karakter siswa melalui inovasi-inovasi. Kepsek juga diminta untuk tidak membebani orang tua atau wali siswa dengan berbagai pungutan. “Karena tidak semua ekonomi orang tua sama,” ujarnya Senin (10/7/23).

Dia menyebut, karakter siswa yang baik adalah yang mempunyai keberanian. Salah mengakui salah dan tidak mempunyai sifat pendendam. Di satu sisi, para siswa juga perlu diajak berinovasi, kreatif, dan belajar berkompetisi secara sehat. Mengingat tantangan ke depan lebih kompleks.

Baca Juga: Ijazah Pendidikan Matematika, Guru PAUD Dikuliahkan Lagi

Terlebih, kata Aziz, sejauh ini Kota Magelang terkenal dan terbukti memiliki mutu pendidikan yang bagus. Bahkan, bisa bersaing dengan daerah lain. “Kota Magelang dikenal mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang cukup baik dan bisa bersaing. Ini harus dipertahankan. Mutu pendidikan harus ditingkatkan,” ungkapnya.

Meski begitu, dia mengakui, ada beberapa persoalan yang perlu diselesaikan bersama lintassektor. Seperti masalah anak tidak sekolah (ATS). Di Kota Magelang, ada ATS sebanyak 55 anak. Mirisnya, berdasarkan laporan, dari jumlah itu, faktornya bermacam-macam. Seperti ekonomi hingga karena hamil di luar nikah.

Aziz berharap, tahun ini, pemkot bisa menyelesaikan permasalahan dari 55 ATS tersebut. Untuk yang hamil di luar nikah, akan dikaji lebih lanjut. “Kalau sudah melahirkan (bisa, Red) sekolah lagi. Nanti akan dibantu, konseling dulu. Lalu kita selesaikan secara tim. Kalau pun masuk sekolah lagi nanti mungkin pindah sekolah,” paparnya.

Baca Juga: Sengaja di Posisi Semula, Cikal Bakal Sistem Pendidikan Tamansiswa

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Magelang Imam Baihaqi menjelaskan, ada beberapa hal yang digarisbawahi terkait pertemuan dengan para kepsek. Utamanya soal pengaruh ponsel terhadap karakter siswa. Apalagi ponsel dinilai mempengaruhi karakter anak. Sehingga, kata dia, karakter siswa harus dibina.

Untuk larangan membawa ponsel di sekolah, Imam menyerahkan sepenuhnya terhadap sekolah. Mengingat beberapa pembelajaran mulai dilakukan dengan bantuan teknologi berupa ponsel. “Kemudian bagaimana pengaruhnya kalau pakai HP atau tidak pakai HP saat pembelajaran dan sebagainya,” papar Imam.

Sedangkan permasalah ATS yang ada di Kota Magelang, memang perlu penanganan lintas sektor. Tergantung penyebabnya. Jika dikarenakan motivasi, maka ditangani oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP4KB) Kota Magelang.

Baca Juga: BRI Serahkan Bantuan Pendidikan Bagi 50 Anak Sepak Bola Berbakat

Selanjutnya, jika dikarenakan masalah ekonomi, maka ditangani oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Magelang. “Kita ada tim penanganan ATS. Persoalan ini memang sebaiknya diselesikan bersama, tidak hanya disdikbud saja, tapi juga disporapar, dinsos, DP4KB, dan lainnya,” tambahnya.
Imam menyebut, berdasarkan data percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem (P3KE), ada 55 ATS di wilayah ini. Namun, beberapa sudah diselesaikan. Faktor yang menyebabkan ATS kebanyakan karena motivasi, masalah keluarga, sudah bekerja, disabilitas yang perlu penanganan khusus, dan sebagainya. (aya/eno)

Lainnya

RADAR MAGELANG – Proyek pembangunan gedung Puskesmas Alian telah rampung dikerjakan. Infrastruktur layanan kesehatan ini dibangun atas manfaat dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) senilai Rp 6,3 miliar. Kepala UPTD Puskesmas Alian Brantas Prayoga memastikan, seluruh layanan kesehatan akan lebih optimal pasca menempati gedung baru. Sebab lewat perbaikan ini standar layanan kesehatan di Puskesmas Alian setingkat lebih maju dari sebelumnya. Terpenting sudah tersedia layanan rawat inap dan rawat jalan. “Layanan kami UGD 24 jam. Di poli kami punya ruang pemeriksaan umum dan MTBS,” jelasnya, Selasa (26/12). Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pemandian Krakal tersebut secara resmi membuka pelayanan perdana pada awal Desember lalu. Dari DBHCHT, Puskesmas Alian kini memiliki gedung dua lantai. Dengan fisik bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1.400 meter persegi. Berbagai pelayanan penunjang tambahan saat ini juga telah tersedia. Antara lain poli, pemeriksaan USG dan persalinan. Selain itu, pembangunan Puskesmas Alian juga didesain memiliki ruang tunggu lebih luas agar masyarakat nyaman. Brantas menyatakan, pihaknya akan berkomitmen untuk selalu menjaga mutu kualitas serta profesionalitas terhadap layanan kesehatan masyarakat. “Ada beberapa ruangan dan sudah sekarang beroperasi untuk pelayanan masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Kepala Bea Cukai Cilacap M Irwan menyebut, realisasi penerimaan negara dari objek cukai rokok di Kebumen terbilang cukup tinggi. Tepatnya mencapai Rp 300 miliar. Penerimaan ini tak luput karena banyaknya produsen rokok rumahan di Kebumen. “Penerimaan cukai justru dari Kebumen. Karena pabrik rokok cukup besar ada di Kebumen, sama klembak menyan itu heritage,” kata Irwan. M Irwan menjelaskan, sejauh ini berbagai upaya terus digencarkan agar penerimaan dari objek cukai rokok dan tembakau terus meningkat. Salah satunya melalui tindakan represif dengan melakukan operasi penertiban rokok ilegal. Kemudian, upaya preventif melalui pengawasan terhadap distribusi rokok ilegal. “Ada skema bagi hasil, buat sosialisasi dan patroli tim terpadu,” jelasnya. (fid/ila)