RADAR MAGELANG – Revitalisasi tahap pertama Terminal Tidar sudah dilakukan. Rencananya, terminal tipe A ini akan dibuat sistem terpadu. Untuk membangkitkan kembali minat masyarakat naik angkutan umum.
Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Tidar Kota Magelang Joko Purnomo menuturkan, sistem terpadu yang dimaksud adalah dengan menambahkan fasilitas umum di lingkungan terminal. Oleh karena itu, proses revitasilasi akan menghilangkan seluruh bangunan yang ada. Nantinya akan diganti dengan bangunan baru yang terdiri dari gedung utama berupa kantor, ruang tunggu, taman, lahan terbuka hijau dan puskesmas pembantu (pustu).
Keberadaan pustu tersebut, selaras dengan arahan Wali Kota Magelang. Karena nantinya, pustu yang berada di sisi kiri terminal, kemungkinan terdampak pelebaran exit tol Jogja-Bawen. “Pak wali meminta kalau ada revitalisasi, di dalamnya diberi ruang untuk pustu,” ujarnya kemarin (11/7/23).
Baca Juga: Siapkan Terminal Tidar Jadi Penyangga Borobudur
Selain itu, akan ditambahkan pula stan untuk agen resmi dan sebagian untuk disewakan. Khusus untuk para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seperti jajanan dan oleh-oleh khas Magelang, bakal disediakan tempat tersendiri.
Idealnya, kata dia, fasilitas di terminal tipe A memang harus lengkap. Ada tempat untuk pelayanan kesehatan maupun ibu menyusui. Dengan catatan, fasilitas tersebut harus memenuhi kriteria dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Namun, untuk pembangunan gedung pertemuan, belum dilakukan. Mengingat anggarannya terbatas.
Proses revitalisasi ditargetkan selesai pada 17 Mei 2024 dengan total anggaran yang digelontorkan sekitar Rp 20 miliar hingga Rp 24 miliar. “Proses sosialisasinya sudah dua bulan yang lalu. Terakhir, para pemilik kios sudah diberitahu kalau pembongkaran akan segera dilakukan,” sebutnya.
Sejak diresmikan 1990, diakui Joko, banyak terjadi kerusakan di bangunan utama. Meskipun tidak terlalu signifikan. Hanya saja, beberapa kios yang ditempati kurang terawat. Atapnya pun sudah berlubang. Tapi, sudah diperbaiki.
Joko menyebut, di terminal ini, ada total 91 kios dengan luas lahan seluas 2,2 hektare. Baik agen maupun kelontong. Namun, revitalisasi tahap pertama ini, yang terdampak 50 kios. Terdiri dari blok A, B, dan C. Mereka yang terdampak, direlokasi dan berbagi kios dengan blok D dan E. Sistemnya disekat.
Baca Juga: Tegaskan Jaga Jarak di Terminal Tidar
Joko menjelaskan, revitalisasi ini dibutuhkan guna membangkitkan kembali minat masyarakat untuk naik angkutan umum. Di sisi lain, dia berharap, keberadaan terminal tidak hanya sebagai tempat naik-turunnya penumpang, tapi juga sebagai kebangkitan perekonomian masyarakat sekitar. Juga dijadikan sebagai tempat beristirahat.
Selama proses revitalisasi, angkutan umum masih berfungsi dan beroperasi seperti biasa. Sehingga pembongkarannya dilakukan secara bertahap agar bus masih bisa keluar-masuk terminal. “Kalau mencari lahan sementara (untuk terminal), sulit. Makanya pembangunan bertahap dan tidak ditutup semua,” jelasnya.
Untuk saat ini, jumlah rata-rata penumpang naik-turun di terminal mencapai kurang lebih 2.000 orang perhari. Sedangkan untuk jumlah bus yang berangkat dari terminal yakni 2.000 untuk jenis antar kota antar provinsi (AKAP) dan 1.800 untuk bus antar kota dalam provinsi (AKDP). Harapannya, setelah direvitalisasi, jumlah penumpang semakin bertambah.
Baca Juga: Turun, Jumlah Penumpang di Terminal Tidar
Sementara itu, pemilik kios B.12 Lilik menyebut, pengosongan kios sudah dilakukan Sabtu (8/7/23) lalu. Dia pun menyambut baik revitalisasi terminal tersebut. Mengingat sudah puluhan tahun, terminal belum pernah dilakukan revitalisasi. “Senang ya. Tapi, ada sedihnya juga. Kami sudah mapan di sini, tapi harus relokasi dulu. Para pembeli tiket juga bingung,” ujarnya saat ditemui. (aya/eno)