RADAR MAGELANG – Potret kemiskinan terlihat dalam kehidupan Dulsomad. Dia rela menghabiskan usia senjanya di sebuah gubuk reot, bak kandang. Perjalanan hidup ini telah Dulsomad lakukan sejak lima tahun terkahir.
M Hafied, Radar Kebumen, Kebumen
Waktu menunjukkan sekitar pukul 13.00, Dulsomad masih tampak berbaring di atas kasur beralaskan karung sisa. Dia memilih beristirahat sembari menunggu waktu senja sebelum berangkat menjemput rezeki. Pria 63 tahun itu menggantungkan hidupnya dari berjualan jagung bakar.
Saat ditemui, kondisi kehidupan Dulsomad cukup memprihatinkan. Dia rela tinggal di sebuah gubuk reyot yang jauh dari kata layak. Hanya berukuran sekitar 2×4 meter. Atap dan temboknya tampak terbuat dari spanduk bekas. Tanpa dilengkapi dapur maupun kamar mandi.
Baca Juga: OPD Kota Magelang Bahu Membahu Turunkan Kemiskinan
Jangankan ruang tamu, di dalam gubuk itu terlihat hanya bisa menampung satu orang saja. Parahnya lagi gubuk tersebut juga tidak dilengkapi aliran listrik. Dia hanya mengandalkan lilin untuk menerangi gelapnya malam. “Pas musim dingin, ya kemul-nya (selimut) rangkap. Pakai sarung di dobel atas bawah,” kata warga Desa Rantewringin, Kecamatan Buluspesantren itu, Rabu (12/7/23).
Musim hujan disertai angin menjadi momok paling mengerikan bagi Dulsomad. Dia khawatir gubuk yang ditempati bisa kapan saja ambruk. Terpaan angin bisa sewaktu-waktu meratakan gubuk yang dibuatnya. “Bisanya tinggal disini mau gimana lagi. Pernah ikut saudara cuma sebentar. Mau polah apa tidak enak misal bareng saudara,” ungkapnya.
Belum lagi, gubuk itu terletak di bantarai sungai yang cukup rentan longsor. Terlebih ketika datang musim penghujan. “Rumah pokok punya. Tapi sudah kena longsor. Ini tinggal menyisakan eperan. Saya buat gubuk,” ucapnya.
Baca Juga: Optimalkan Aplikasi Manunggal Raharja, Integrasikan Data Kemiskinan
Di gubuk itu, Dulsomad bertahan hidup sendiri dengan penuh keterbatasan. Disaat usia sebayanya sibuk menggendong cucu, dia justru mengaku lebih memilih membujang karena alasan tertentu.
Sebenarnya, dia sempat ditawari bantuan rumah oleh pemerintah desa setempat. Namun dia memutuskan tetap tinggal di gubuk. Dengan alasan mempertahankan tanah yang dimiliki. “Ada buantuan rumah. Kemungkinan sebentar lagi. Saya mau, yang penting pereng kali (bantaran sungai) dibereskan dulu biar tidak parah longsornya,” ungkapnya. (fid/bah)