RADAR MAGELANG – Sebanyak 146 bidang tanah di Desa Blongkeng terdampak pembangunan jalan tol Jogja-Bawen. Total sudah ada 109 bidang yang sudah mendapat uang ganti kerugian (UGR). Masih ada 37 bidang yang belum terbayar dan akan dilakukan permohonan ulang kepada Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Magelang A Yani mengatakan, Desa Blongkeng yang terdampak tol Jogja-Bawen ada 159 bidang. Sebanyak 146 bidang milik perorangan ditambah 13 ruas jalan, saluran, irigasi, dan sungai. Kebanyakan berupa lahan pertanian.
Dia menyebut, pada Selasa (11/4) lalu, sudah dibayarkan 65 bidang dengan luas 3,4 hektar dan nilai UGR-nya Rp 44,4 miliar. Sedangkan pada Senin (17/7) ini, kata dia, ada 44 bidang tanah yang dibayarkan. Luasnya 1,8 hektare dengan nilai Rp 22,2 miliar.
Sehingga masih ada 37 bidang yang belum terbayarkan. 23 bidang di antaranya sudah diajukan surat permintaan pembayaran (SPP) kepada LMAN. Sisanya, lanjut dia, masih dalam proses validasi. “Termasuk memeriksa ulang kelengkapan surat-surat dan data lainnya,” sebutnya, Senin (17/7).
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan Jalan Tol Jogja-Bawen Muhammad Mustanir menjelaskan, UGR kali ini dibayarkan sebanyak 44 bidang dengan luas 18.790 meter persegi. Sementara nilainya Rp 22.288.559.100. Sebenarnya ada 68 bidang yang diajukan kepada LMAN. Tapi, yang disetujui hanya 44 bidang.
Dia menuturkan, memang masih ada bidang tanah yang belum dibayarkan karena tidak lolos administrasi. Pihaknya bakal segera memperbaiki kelengkapan administrasi terlebih dahulu. Seperti dokumen identitas ahli waris yang belum dilampirkan, indikasi perbedaan antara KTP dan SPP. “Ini lumrah dan akan segera kami perbaiki,” bebernya.
Seorang warga M Habib Saleh mengaku tidak menyangka setelah mendapat UGR dampak tol Jogja-Bawen. Padahal, kebanyakan warga Desa Blongkeng sudah pasrah dengan kondisi tanahnya akibat erupsi Merapi 2010 lalu. Praktis kondisinya kurang produktif.
Dulu, Habib membeli tanah hanya sekadar untuk investasi masa depan. Kemudian, ditamani tumbuhan sengon, padi, dan jagung. “Dulu tanah ini kami beli pasca erupsi Merapi. Orang-orang tidak menyangka kalau jadi jalur tol. Saya juga beli tanahnya di pinggiran dan kurang produktif,” akunya.
Bahkan, dia sempat mendapat cemoohan dari tetangganya saat membeli tanah tersebut. Apalagi lokasinya di tepi Sungai Blongkeng. “Dulu memang beli tanah yang kecil-kecil, semampu saya. Orang-orang saat itu nggak mau beli karena kondisinya di pinggir, kurang subur, dan banyak batunya,” imbuh dia.
Dia menyebut, ada lima bidang tanah miliknya yang terdampak jalan tol Jogja-Bawen. Dia mendapat total UGR Rp 1.934.626.900. Rencananya, dia akan kembali membeli tanah dan sisa uangnya untuk deposit. (aya/pra)