Neutron Yogyakarta

Minimalisir Penggunaan Bahan Kimia dengan Biosaka

Minimalisir Penggunaan Bahan Kimia dengan Biosaka
ANTUSIAS: Sebanyak 170 peserta tampak bersemangat saat mempraktikkan pembuatan Bio-Saka di Aula Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kabupaten Magelang, Selasa (25/7/).NAILA NIHAYAH/RADAR JOGJA

RADAR MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Distanpangan) Kabupaten Magelang gencar menyosialisasikan penggunaan biosaka kepada para petani. Lantaran biosaka memiliki kandungan tertentu yang baik untuk perkembangan tanaman. Namun, keberadaannya bukan sebagai pengganti pupuk.

Kepala Distanpangan Kabupaten Magelang Romza Ernawan mengatakan, sosialisasi penggunaan biosaka ini untuk menyikapi kondisi tanah di wilayahnya. Apalagi lahan pertanian di Kabupaten Magelang tidak dalam kondisi ideal. “biosaka ini merupakan teknomolgi yang amat sangat sederhana dengan bahan baku di sekitar petani,” ujarnya, Selasa (25/7/23).

Kendati begitu, kata dia, biosaka ini bukan sebagai pengganti pupuk. Tetapi, menjadi salah satu media untuk meminimalisir penggunaan pupuk kimia bersubsidi. Yang mana, muaranya dapat beralih ke media alam. Selain itu, juga untuk meningkatkan mutu pangan di Kabupaten Magelang.

Baca Juga: Harga Anjlok, Distanpangan Beli Sayuran Petani

Umumnya, penggunaan pupuk kimiawi memang sudah menjadi kebiasaan para petani sejak dulu. Karena penggunaan pupuk ini disinyalir dapat meningkatkan produksi secara maksimal. Namun, lanjut Romza, banyak petani yang belum mengetahui dampak dari penggunaan pupuk kimiawi tersebut. Satu di antaranya berpengaruh terhadap rusaknya ekosistem.

Penggagas Biosaka Muhamad Anshar mengatakan, sebetulnya biosaka bukan merupakan produk. Melainkan sebuah gerakan moral. “Saka itu merupakan singkatan dair selamatkan alam kembali ke alam. Sedangkan biosakanya diambil dari segala kekayaan alam hayati di sekitar kita,” jelasnya.

Dia menuturkan, penggunaan biosaka ini tidak lantas melarang penggunaan bahan kimia. Tetapi, meminimalisir penggunaannya. Untuk pengolahan lahan, kata dia, bahan kimia masih kerap digunakan para petani. Namun, petani juga harus memahami bahwa penggunaan bahan kimia yang terus-menerus dapat mengakibatkan lahan pertanian krisis. Sebab, tidak ada penambahan bahan organik.

Baca Juga: Magelang Masih Pertahankan KLA Kategori Nindya

Biosaka ini dikenal sebagai elisitor yang dapat mengangkat potensi alam untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian Indonesia. Elisator merupakan suatu senyawa kimia yang dapat memicu respons fisiologi, morfologi, dan akumulasi fitoaleksin. Kemudian, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen terkait dengan biosintesis metabolit sekunder.

Anshar menyebut, untuk membuat biosaka, para peserta harus mencari tanaman liar atau rumput di sekitar lokasi. Kemudian, dibersihkan agar tidak ada kotoran yang mengganggu. Setelah itu, dipilah dan dimasukkan ke dalam larutan air. Lalu, tanaman itu diperas dengan perlahan. “Satu genggam rumput untuk 5 liter air,” paparnya.

Lima liter larutan biosaka yang sudah jadi, lanjut dia, bisa dimanfaatkan untuk penyemprotan tiga hingga lima hektare sawah, sampai panen. Tetapi, dia menegaskan, biosaka bukan pupuk maupun suplemen. “Penggunaannya harus sedikit. Karena sinyal itu (biosaka, Red) harus disampaikan dengan satu frekuensi,” imbuhnya. (aya/bah)

Lainnya

Exit mobile version