Neutron Yogyakarta

Bakar Minimarket hingga Tinggalkan Bom

Bakar Minimarket hingga Tinggalkan Bom
SIMULASI: Warga pengunjuk rasa berusaha melawan barikade polisi. Mereka juga terus melakukan perlawan hingga akhirnya berhasil ditaklukkan polisi. (Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR MAGELANG – Suasana mencekam terjadi di Lapangan Kujon, Borobudur, Magelang, Senin (14/8). Hal itu bermula ketika rombongan pemotor datang untuk melakukan unjuk rasa ke KPU Kabupaten Magelang. Lantaran tidak puas dengan hasil Pemilu 2024. Ratusan aparat kepolisian yang berjaga tampak sigap dengan peralatan lengkap guna menghalau massa.

Dengan membawa poster masing-masing, para pengunjuk rasa berusaha membobol barikade polisi. Situasi mulai tidak terkendali ketika sejumlah massa melemparkan sesuatu. Termasuk membakar roda kendaraan. Bentrokan pun tak terhindarkan.

Mereka lantas membakar minimarket di sekitarnya. Sejumlah brimob pun tampak memberikan peringatan berupa tembakan. Bahkan, beberapa pengunjuk rasa tumbang karena terinjak oleh massa lainnya dan tertembak. Mereka pun harus mendapat perawatan medis.

Tak hanya berhenti sampai di situ, pengunjuk rasa diketahui telah meninggalkan beberapa bom. Tim Jibom Polda Jawa Tengah pun turun tangan untuk menjinakkan bom tersebut. Selanjutnya, tim pemadam kebakaran Kabupaten Magelang berusaha memadamkam api yang telah melalap minimarket.

Kemudian, tim gabungan yang terdiri dari Polri, TNI, hingga stakeholder terkait menelurusi area itu untuk memberikan imbauan agar bentrokan tidak terjadi lagi. Seluruh kejadian tersebut merupakan rangkaian dari simulasi proses pengamanan wilayah rayonisasi Kedu Raya. Guna mengantisipasi gangguan kamtibmas tahapan Pemilu 2024.

Direktur latihan AKBP Roman Smaradhana Elhaj menuturkan, simulasi ini diikuti oleh 1.392 personel. Alat utama sistem senjata (Alutsista) yang digunakan sebanyak 41 unit kendaraan bermotor, baik roda dua maupun empat. Kemudian, peralatan lain sebanyak 326 unit. Rangkaian latihan sistem pengamanan dalam kota (Sispamkota) ini, dapat digambarkan melalui situasi hijau atau masih terkendali dan kondusif.

Kemudian, situasi kuning atau dilakukan penyekatan massa setelah Kapolresta Magelang mendapat informasi bahwa adanya kerawanan kamtibmas yang memerlukan koordinasi. Selanjutnya, dilaksanakan simulasi saat situasi merah. Yang mana massa sudah semakin anarkis. Akhirnya dilakukan penanggulangan massa.

Dia menjelaskan, tujuan diadakannya simulasi untuk memberi gambaran kepada pimpinan terkait kesiapan Polres dan Polresta rayonisasi Kedu Raya dalam menanggulangi gangguan kamtibmas tahapan Pemilu 2024. “Sehingga diperoleh pola tindak dan membentuk prosedur operasi standar (SOP) bersama,” terang Wakapolresta Magelang itu.

Adapun materi simulasi yang dilaksanakan yakni dimulai dari kegiatan kepolisian rutin yang ditingkatkan (KRYD) untuk mengamankan tahapan Pemilu. Lantas situasi berkembang dan dilaksanakan cyber patrol. Namun, karena situasi kamtibmas menjadi tidak kondusif, Polresta Magelang meminta bantuan personel dan berkoordinasi ke jajaran Polres Kedu Raya maupun TNI.

Selanjutnya, kata dia, dilakukan dengan penanganan secara komprehensif. Utamanya pengendalian massa yang diawali dengan tim negosiator bersama tim Dalmas awal. Ketika situasi semakin rusuh, diganti oleh lapis lanjut, sampai dengan lintas ganti oleh Penindak Huru-Hara (PHH) Brimob Polda Jateng.

Situasi semakin tidak terkondisikan. Penanganan tindak anarkis itu ditangani oleh tim Detasemen 45 Polda Jateng. Hingga penanganan bom oleh tim Jibom Polda Jateng. “Selesai penanganan pengendalian massa, dilakukan penanganan dengan pasca kerusuhan atau rehabilitasi maupun recovery dengan pemerintah daerah,” jelasnya.

Sementara itu, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi menuturkan, tahapan Pemilu 2024 memiliki beberapa potensi kerawanan. Untuk menghadapi hakikat ancaman tersebut, dia meminta agar seluruh personel mengetahui tindakan yang dilakukan. Termasuk bekerja sama dengan TNI dan stakeholder terkait.

Seluruh personel juga sudah dilatih untuk menghalau kerusuhan massa. Mulai dari situasi hijau, kuning, hingga merah. “Kalau ada gesekan TNI, Polri, dengan stakeholder yang lain saat ini adalah ndeso!” serunya, yang disepakati oleh seluruh personel. (aya/pra)

Lainnya