Neutron Yogyakarta

Wisatawan Dipaksa Ngojek di Nepal Van Java

Wisatawan Dipaksa Ngojek di Nepal Van Java
BERKABUT: Suasana Nepal Van Java di Dusun Butuh, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik saat musim hujan kerap dipenuhi kabut tebal.Naila Nihayah/Radar Jogja

RADAR MAGELANG – Wistawan yang hendak ke objek wisata ke Nepal Van Java, di Dusun Butuh, Temanggung, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang mengeluhkan pemaksaan untuk menggunakan jasa ojek.Para warga lokal itu berdalih jika mobil tidak kuat menanjak hingga ke atas dan lahan parkirnya penuh. Rombongan itu pun diminta membayar Rp 40 ribu per orang pulang-pergi untuk sampai ke destinasi wisata itu.

Menyikapi keluhan itu, salah seorang pengelola Nepal Van Java Lilik Setiyawan buka suara. Dia menegaskan, ojek itu tidak resmi dari Nepal Van Java. Karena itu dia meminta maaf atas ketidaknyamanan situasi ini. Lilik bersama para warga juga kerap membahas terkait keluh kesah wisatawan saat dicegat ojek. Karena kejadian itu tidak hanya terjadi sekali atau dua kali saja. Tapi selalu saja terulang. “Modusnya pun sama. Yakni memberi tahu pada wisatawan jika lahan parkir mobil di Nepal Van Java penuh,’’ jelasnya.

Selain itu, karena medan jalan yang menanjak, mereka memberi tahu bawah mobil tidak akan kuat hingga sampai ke kawasan Nepal Van Java. Jika informasi yang disampaikan tersebut benar dan wisatawan benar-benar membutuhkan ojek, Lilik tidak masalah. Itupun dengan harga yang wajar atau sudah ditentukan.

Baca Juga: Viral Wisatawan Hendak ke Nepal Van Java, tapi Dipaksa Naik Ojek Bayar Rp 40 Ribu Pulang-Pergi

Lilik menyebut, kejadian ini dalam tahap pembahasan kembali oleh semua pihak yang terlibat dari instansi terkait. Ini demi menjaga nama baik dan kelangsungan wisata yang nyaman serta berkelanjutan. “Termasuk dapat memberi manfaat semua lapisan masyarakat,” paparnya.

Camat Kaliangkrik Suparyanto membenarkan adanya oknum yang dinilai kurang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan pariwisata di Dusun Butuh. “Setelah kami mintakan informasi terhadap pengelola Nepal Van Java bahwa adanya praktik ojek yang di luar pengelola, memang terjadi di area bawah,” sebutnya.

Suparyanto menyebut, para warga yang menawarkan jasa ojeknya, kebanyakan menyasar wisatawan dengan pelat nomor luar daerah. Karena mereka meyakini, wisatawan itu belum pernah melewati medan tersebut dan belum mengetahui betul seluk beluk kawasan Nepal Van Java. “Sehingga tingkat keberhasilan bujukannya akan lebih tinggi,’’ jelanya.

Baca Juga: Sempat Ditutup, Nepal Van Java Dipadati Pengunjung

Dia juga meminta kepada pengelola agar segera dikomunikasikan dan diselesaikan secara internal. Pemerintah kecamatan sebetulnya sudah menawarkan untuk membantu mediasi kedua kelompok tersebut. Namun, dari pengelola akan melaksanakan upaya penyelesaian sendiri. Berdasarkan informasi yang diterima, permasalahan itu sudah diselesaikan oleh pengelola.

Dia menyebut, pengelola Nepal Van Java juga telah memberikan klarifikasi di media sosial terkait dengan kejadian tersebut. Dia berharap, ini menjadi pembelajaran bagi seluruh warga di sekitar Nepal Van Java. Jika aksi yang seperti kemarin masih terus dilakukan, tentu akan merugikan warga di Dusun Butuh dan sekitarnya. “Termasuk di Kabupaten Magelang,” jelas dia.

Ke depan, pemerintah kecamatan hingga instansi terkait akan terus memantau pengelolaan pariwisata di wilayahnya. Khususnya Nepal Van Java. Agar kejadian serupa tidak kembali terulang dan mencoreng citra pariwisata di Kabupaten Magelang.

Baca Juga: Nepal van Java Akan Ditata, Bappeda Sedang Susun Masterplan

Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang Mulyanto menyayangkan kejadian tersebut. Hal itu tentu menjadi satu pembelajaran dan evaluasi agar kejadian serupa tidak terulang kembali. “Kami sudah berkomunikasi dengan pak camat dan meminta agar mengomunikasikannya dengan para pihak terkait,” jelasnya.

Berdasarkan informasi yang disampaikan kepadanya, pemerintah desa (pemdes) setempat, pengelola objek wisata, maupun warga sudah duduk bersama. Termasuk menampung semua aspirasi dari berbagai pihak. Yang bermuara pada meningkatkan perekonomian warga.

Dia berharap, semua pihak bisa berkolaborasi dan membuahkan hasil yang baik demi kesejahteraan warga. Sejauh ini, dia menilai, praktik seperti itu tidak marak terjadi di destinasi wisata. Kalaupun ada, disparpora akan melakukan sosialisasi.

Baca Juga: Terdampak Proyek Flyover Canguk Magelang, Beberapa Bangunan Mulai Dibongkar

Harapannya, sektor kepariwisataan di Kabupaten Magelang tumbuh subur dan mendatangkan kesejahteraan untuk warganya. “Termasuk bisa bekerja sama dan bergotong royong dengan semua lini yang ada di dalamnya,” harap Mulyanto. (aya/din)

Lainnya