RADAR MAGELANG – Pada event parade budaya perbatasan 2023, Kabupaten Purworejo berhasil menyabet juara sebagai penyaji terbaik I. Event itu digelar selama tiga hari dari 18 hingga 20 Agustus di Kulon Progo.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo Dyah Woro Setyaningsih menyampaikan, pada parade budaya perbatasan itu ada sebanyak 18 peserta dari Magelang, Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Purworejo. Kontingen Kabupaten Purworejo menyajikan kesenian tradisional Dolalak. “Pada parade budaya perbatasan kali ini, kontingen Purworejo menyajikan tari Dolalak dengan ragam gerak khas gaya logungan atau biasa disebut kulonan. Berbeda dari kontingen festival perbatasan sebelumnya yang menyajikan gaya kaligesingan,” katanya kepada Radar Purworejo Senin (21/8/23).
Diungkapkan, topi pet, pangkat, bentuk serta ornamen baju dan celana menyerupai opsir menjadi kekhasan yang sama pada semua gaya Dolalak. Bedanya, gaya logungan mengenakan tali dadung putih yang diikatkan di badan penari mengarah ke sisi kanan. “Itu sebagai simbol kesucian hati, benteng laku dan kemantapan untuk selalu berbuat kebajikan,” jelasnya.
Dia mengatakan, Kabupaten Purworejo menampilkan kesenian tersebut pada Sabtu (19/8/23) di Lapangan Sibogor Pripih, Hargo Mulyo, Kulon Progo. Adapun, tim penyaji dari Kabupaten Purworejo yaitu Dolalak Arum Manis, Desa Pacor (Kecamatan Kutoarjo). Dengan penata tari Rianto Purnomo, penata musik Eko Marsono, dan penata rias busana Agus setiyono. Jumlah penari dan pengiring sebanyak 20 orang.
Baca Juga: Sudah Dilantik, Komisioner Bawaslu Purworejo Segera Laksanakan Pengawasan Pemilu Serentak
Woro menjelaskan, kesenian Dolalak merupakan kesenian khas Kabupaten Purworejo yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia pada 2019 lalu. Kesenian itu memiliki sejarah panjang yang hingga kini masih kuat menyebar di seluruh penjuru Kabupaten Purworejo.
Mengingat, Dolalak lahir dari hasil akulturasi budaya Belanda karena Purworejo dijadikan tangsi-tangsi militer pada era penjajahan Belanda. Tarian itu, memiliki ciri khas gerak kirig, pencig, dan ngetol yang sama dalam keragaman gaya setiap wilayahnya.
Dia berharap, dengan adanya event semacam itu, kesenian rakyat semakin berkembang menjadi lebih baik. Selain itu, terjadi peningkatan pendapatan bagi seniman lokal sehingga kesenian makin dicintai oleh masyarakat terutama generasi muda “Semoga ke depan kesenian rakyat semakin diberi panggung besar dalam pagelaran pagelaran tematik, sehingga akan semakin banyak kesenian rakyat yang berprestasi,” tandas dia. (han/pra)