RADAR MAGELANG – Warga Desa Baleagung, Grabag, Kabupaten Magelang ini tetap melestarikan budaya tradisional yang sudah melekat sejak lama. Pada momentum Agustusan ini, mereka mengemasnya dalam pagelaran seni budaya Jawa. Ditambah dengan upacara yang menggunakan bahasa Jawa.
Kegiatan bertajuk “Wahyu Makutaning Kamardikan” ini diikuti 10 dusun di Desa Baleagung. Warga tumplak di panggung yang telah disediakan. Tepatnya di Dusun Sudimoro. Setiap dusun unjuk gigi dengan menampilkan pentas kesenian. Beberapa dusun membawa ogoh-ogoh raksasa dengan karakter serigala, tikus, hingga unta.
Sebelum menampilkan kesenian, warga mengikuti upacara Agustusan. Uniknya, upacara menggunakan bahasa Jawa. Kecuali naskah Proklamasi dan Pancasila. Meski cuaca terik, mereka tetap berdiri sembari menunggu pentas kesenian berlangsung.
Baca Juga: Semarak Kemerdekaan, Karnaval Wisata Pesona Mahardika
Kepala Desa Baleagung Muhammad Sholikin mengapresiasi warga dusunnya yang kompak mengikuti karnaval ini. Ada sekitar 1.800 warga yang mengikuti. “Semula warga pesimistis. Tapi alhamdulillah kegiatan ini meriah dengan kekompakan dan kegotongroyongan warga,” ujarnya usai upacara kemarin (24/8).
Dia mengatakan, karnaval dipadukan dengan kesenian yang sudah lestari di desanya. Termasuk didesain menggunakan bahasa Jawa. Agar turut nguri-uri kegiatan dan budaya Jawa yang selama ini dirasa hampir punah. Momentum ini cocok untuk mengaplikasikan hal itu.
Camat Grabag Sri Utari berharap, kegiatan semacam ini dapat mengangkat nama baik Kecamatan Grabag. Apalagi warganya tetap melestarikan adat dan budaya Jawa. “Dengan adanya wadah ini, dapat mengenalkan seni kepada anak-anak dan akan lebih kreatif,” paparnya.
Kabid Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Magelang Manteb Sudarsono mengaku bangga dengan warga Baleagung yang tetap melestarikan budaya Jawa. “Berarti warga sini masih mau melestarikan adat, budaya, dan tradisi Jawa,” sebutnya.
Dia berharap warga di Kabupaten Magelang, khususnya di Kecamatan Grabag, terus melestarikan budaya Jawa. Termasuk penggunaan bahasa Jawa dalam setiap gelaran yang dilaksanakan. Dengan begitu, para warga turut nguri-uri budaya Jawa. (aya/laz)