Neutron Yogyakarta

Budaya Literasi Gen Z dan Alpha Masih Minim

Budaya Literasi Gen Z dan Alpha Masih Minim
DIALOG: Disperpusip menggandeng sineas Ismail Basbeth untuk mengisi talkshow ‘membangun budaya literasi pada generasi Z dan generasi Alpha di halaman Perpustakaan Umum Kota Magelang, Selasa (12/9).

RADAR MAGELANG – Budaya literasi generasi (gen) Z dan Alpha masih tergolong minim. Apalagi di tengah gempuran teknologi yang serba digital. Padahal literasi memiliki peran yang sangat penting karena dapat membekali diri dengan skill, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Upaya peningkatan literasi itu, tidak hanya tugas Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Kota Magelang, tapi seluruh masyarakat.

Kepala Disperpusip Kota Magelang Nurwiyono Slamet Nugroho mengatakan, tingkat literasi di Indonesia tergolong masih sangat rendah. Yakni berada pada peringkat 62 dari 70 negara. Upaya peningkatan kemampuan literasi ini menjadi tugas bersama, termasuk disperpusip. Utamanya kepada gen Z dan Alpha sebagai aset masa depan bangsa.

Untuk itu, disperpusip menggelar talkshow untuk memberi pengetahuan sekaligus meningkatkan budaya literasi bagi gen Z dan alpha. “Agar menjadi generasi yang cerdas, memiliki skill, dan komunikasi yang baik, kreatif, inovatif, dan mampu bersaing di lintas global,” paparnya di halaman Perpustakaan Umum Kota Magelang, Selasa (12/9/23).

Baca Juga: Tingkatkan Literasi, Polisi Bagikan 1.140 Buku

Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz menegaskan, literasi memang harus dipupuk sejak dini. Dia juga meminta agar disperpusip massif menggelar sejumlah kegiatan agar perpustakaan selalu dikunjungi. Ke depan harus skalanya lebih tinggi, ada lomba menulis, lomba film-film kecil. “Ini yang harus dikembangkan. Saya yakin adik-adik (peserta) punya kreatifitas,” tandasnya.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas RI Adin Bondar mengatakan, perlu beberapa strategi agar anak benar-benar gemar membaca. Dia menilai, persoalan minimnya tingkat literasi gen Z dan Alpha ini berasal dari perilaku. “Kalau perilaku itu dikonstruksi dari awal, maka akan menjadi kebiasaan dan lama-kelamaan jadi budaya,” sebutnya.

Untuk itu, kegemaran literasi harus sudah dimiliki sejak dini. Sebab untuk memperkuat budaya literasi, basisnya adalah dari kelompok-kelompok pra-nikah, sudah menikah, dan anak-anak. Dari ketiga kelompok itu, dapat dipupuk karakter, emosional, dan kecerdasan dalam aspek literasi. “Kita cenderung abai dan tidak begitu konsen terhadap penguatan pengetahuan,” katanya.

Baca Juga: Wisata Literasi, GKR Mangkubumi Kunjungi Big Bad Wolf Books (BBW)

Adin menyebut, sesuai arahan dari Presiden, seluruh perpustakaan maupun tempat baca harus melakukan transformasi. Karena fungsi dan peranan perpustakaan untuk meningkatkan literasi yang kuat sehingga masyarakat berpengetahuan. Ketika anak-anak membaca, kata dia, terjadi transfer pengetahuan. “Kalau pengetahuannya meningkat, maka akan kreatif dan produktif,” imbuhnya. (aya/din)

Lainnya