RADAR MAGELANG – Pemandangan tak sedap terjadi di tepian Sungai Code, Selasa (24/10/23). Tepatnya di RT 58 RW 14 Sorosutan, Umbulharjo, Kota Jogja. Dari kejauhan tampak sampah berserakan di dalam genangan air Sungai Code. Sampah bahkan menyebar mulai dari sungai bagian atas hingga bawah.
Tak hanya mengganggu pemandangan, muncul juga bau tidak sedap dari tumpukan sampah itu. Bau busuk bahkan mulai terasa beberapa meter sebelum mencapai lokasi sungai. Kondisi ini turut mengganggu kenyamanan warga sekitar. Salah satunya Temon, 52. Apalagi, Temon bersama anaknya memiliki usaha angkringan. Lokasinya terbilang sangat dekat dengan sungai.
“Sudah satu minggu baunya menyengat. Ya, jelas sangat terganggu dengan baunya. Sampai ujung sana (perumahan) juga,” ujarnya saat ditemui di tepi Sungai Code, Selasa (24/10/23).
Temon mengaku sampah-sampah itu muncul sejak seminggu lalu. Sejak saat itu hingga hari ini belum dilakukan pengangkutan oleh petugas. Menurut Temon, munculnya sampah-sampah ini juga lantaran debit sungai yang menurun akibat kemarau. Sehingga sampah muncul ke permukaan hingga menimbulkan bau tidak sedap. Saat musim hujan tiba, volume air akan meningkat. Lalu biasanya sampah akan ikut hanyut.
Baca Juga: Sampah Berserakan di Sungai Code Munculkan Bau Menyengat, DLH Kota Jogja Gencarkan Edukasi
Dia mengaku telah melaporkan kondisi ini ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja. Namun, hingga hari ini belum juga ditindaklanjuti. Temon menambahkan bau dan pemandangan sampah ini semakin mengganggu lantaran lokasinya yang tak jauh dari tempat bermain anak. Biasanya, lokasi bermain itu ramai pada sore hari. “Beberapa hari sepi, terdampak dari bau ini. Biasanya sore ramai, terus ada aktivitas anak-anak,” tambahnya.
Terpisah, Kabid Perencanaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup DLH Kota Jogja Very Tri Jatmiko mengakui Sungai Code menjadi satu dari tiga sungai di Kota Jogja dengan kondisi sampah yang paling parah. Dia menuturkan kondisi sampah di sungai menjadi perhatian baginya.
Dia juga mengakui terjadi peningkatan volume sampah di sungai. Kondisi ini terpantau terjadi sejak masa darurat sampah. Very menuturkan, penindakan tak jadi langkah yang digencarkan. DLH Kota Jogja justru akan mengencangkan upaya edukasi kepada masyarakat. Salah satunya diwujudkan dalam bentuk gelaran bersih sungai. Hal ini berkaitan dengan perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan di sungai.
Baca Juga: Bantu Pengolahan Sampah di Pondok Pesantren
“Kita tidak hanya menyertakan tenaga kebersihan dan beberapa elemen komunitas masyarakat, tapi warga pun kita ajak untuk bersih-bersih sungai karena itu yang lebih penting,” ujarnya.
Very menuturkan, saat itu kondisi sampah luar biasa kotor. Kondisi sampah di sungai saat itu bahkan dinilai lebih parah dibanding saat gelaran bersih sungai dua bulan lalu. Pada satu kali kegiatan bersih sungai pihaknya mampu mengumpulkan hingga 4 ton sampah. Jumlah ini terkumpul bahkan hanya dengan memakan waktu dua jam pembersihan di satu titik lokasi.
“15 menit dibersihkan nanti akan datang lagi dari sisi utara,” ujarnya saat jumpa pers di Balai Kota Jogja, kemarin (24/10). Very merinci dari 4 ton sampah sungai paling banyak merupakan sampah residu sebanyak 2,7 ton. Lalu sampah anorganik sebanyak 40 kilogram dan sisanya merupakan sampah organik.
Dia menambahkan, Kota Jogja dialiri oleh tiga sungai yakni Sungai Code, Winongo, dan Gajah Wong. Ada juga satu aliran sungai kecil yakni Sungai Manunggal. “Kita bersih sungai berurut dari utara ke selatan, tapi memang yang paling banyak volume sampahnya di Code,” tambahnya.
Berbagai sampah yang terkumpul di sungai ini menjadikan parameter kualitas air menurun. Very menyebut saat ini bahkan kualitas air sungai di Kota Jogja terbilang sangat buruk. Salah satu indikatornya adalah tingkat bakteri E-Coli.
Baca Juga: Sempat Menumpuk karena Disinfeksi, Sampah di Depo Lapangan Karang Tak Lagi Meluber
Untuk itu, DLH Kota Jogja ke depan akan memasang jaring di sungai. Upaya edukasi kepada masyarakat juga terus dilakukan. Selain itu, pemasangan CCTV telah dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Namun, menurut Very, itu tak ada artinya jika masyarakat tak punya kesadaran tinggi untuk tidak membuang sampah di sungai. (isa/laz)